KOMPAS.com - Kecemburuan adalah emosi yang kompleks dan berpotensi menimbulkan keretakan di antara pasangan yang paling kuat sekalipun.
Terlepas dari tren yang berkembang untuk mendiskusikan tantangan psikologis secara terbuka, banyak yang tetap bungkam tentang perjuangan pribadi mereka dengan kecemburuan.
Entah itu keyakinan bahwa menyuarakan perasaan akan mengurangi kekuatan yang dirasakan dalam hubungan.
Atau, berjuang untuk menerima rasa tidak aman menjadi aspek normal dari kondisi manusia -daripada rasa malu-, hingga pasangan yang cemburu sering memendam emosinya.
Baca juga: Bahaya Cemburu Berlebihan dan Cara Mengatasinya
Penindasan ini pada akhirnya dapat mengarah pada perilaku yang kurang ideal, seperti memata-matai, berselingkuh, atau bertengkar.
Banyak orang yang datang ke terapis/konsultan dengan pengakuan yang disampaikan dengan nada berbisik, antara lain:
Nah, berikut adalah dua hal yang perlu kita ketahui untuk menghilangkan kesalahpahaman seputar kecemburuan, dan mencegah terciptanya keretakan dalam hubungan.
Baca juga: 8 Kebiasaan untuk Menyingkirkan Rasa Cemburu dan Iri Hati
Merasa cemburu adalah respons alami terhadap situasi tertentu, tetapi tidak selalu mendefinisikan siapa kita.
Sangat penting untuk membedakan antara perasaan cemburu yang sesekali muncul, dengan mengadopsinya sebagai sifat yang menentukan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Psychiatry and Clinical Psychopharmacology menyelidiki fenomena ini.
Riset ini menggunakan 86 pasangan yang sudah menikah sebagai responden.
Temuannya cukup mencerahkan: mayoritas pria dan wanita menyebut dirinya sebagai individu yang "cemburu".
Meskipun hal ini menunjukkan universalitas dari emosi tersebut, sangat penting untuk diingat bahwa identifikasi diri seperti itu tidak menentukan nasib hubungan seseorang.
Memahami kecemburuan sebagai sebuah emosi - dan bukan sebagai identitas yang mendarah daging - dapat menjadi langkah pertama untuk mengelola dampaknya terhadap suatu hubungan.
Baca juga: Alasan Insecure Memicu Rasa Cemburu, Iri, dan Malu
Menerima emosi dan mengatasi akar penyebabnya -baik melalui terapi atau melalui komunikasi yang sehat, daripada hanya melabeli diri sendiri sebagai "orang yang pencemburu"- dapat membuka jalan bagi dinamika hubungan yang optimal.
Bayangkan, kita baru-baru ini mulai menyadari bahwa pasangan kita menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengirim pesan kepada seseorang.
Setiap kali kita mendekat, dia akan meletakkan ponselnya dengan cepat atau mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
Seiring berjalannya waktu, pikiran-pikiran yang mengganggu masuk ke dalam pikiran kita.
Misalnya: "Dengan siapa dia berbicara? Mengapa dia menyembunyikannya dariku? Apakah dia memiliki perasaan terhadap orang lain? Saya pasti orang yang cemburu secara alami jika saya merasa seperti ini."
Sangatlah penting untuk secara sadar membedakan antara perilaku yang teramati (atau "bukti") dan interpretasi atau asumsi berdasarkan perilaku tersebut.
Baca juga: Tips agar Tak Perlu Cemburu dengan Mantan Pacar Suami
Jadi, alih-alih menginternalisasi emosi dan melabeli diri sebagai "pencemburu", pertimbangkan untuk membingkai ulang proses berpikir kita:
Pemahaman inilah yang akan membawa kita pengertian bahwa:
Komunikasi yang terbuka dan penuh kasih sayang adalah kunci untuk memahami dan mengatasi perasaan cemburu.
Namun, meskipun terdengar berlawanan dengan intuisi, kecemburuan berakar jauh di dalam evolusi manusia.
Baca juga: Ini Cara Atasi Retroactive Jealousy, Cemburu pada Masa Lalu Pasangan
Bahkan, penulis sebuah penelitian menyatakan, kecemburuan dapat menjadi pusat untuk meningkatkan hubungan, melalui proses menjaga dan mempertahankan pasangan.
Hal ini semakin memperkuat kebutuhan untuk berkomunikasi secara konstruktif dengan pasangan ketika kita dihadapkan pada situasi yang membuat kita merasa tidak aman atau cemburu.
Sebab, hal ini dapat menjadi sarana yang tepat untuk memperkuat hubungan dan tumbuh bersama.
Saat membicarakan hal-hal sensitif seperti ini, tidak ada ruang untuk agresi.
Sebaliknya, cobalah untuk mendekati situasi tersebut dengan rasa keingintahuan yang tulus dan berikan pasangan manfaat dari keraguan itu, misalnya dengan mengatakan:
Memimpin dengan pernyataan "saya" dan melunakkan dampaknya pada pasangan adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari permainan saling menyalahkan.
Baca juga: 5 Cara Atasi Rasa Cemburu pada Sahabat
Sebab, cemburu sering kali disertai dengan perasaan sakit hati dan marah.
Paling tidak, dengan komunikasi terbuka yang berfokus pada solusi, kita membuat preseden tentang bagaimana kita dan pasangan dapat mengatasi situasi sulit di masa depan.
Ingat, tidak ada cara untuk melarikan diri dari emosi. Pilihan terbaik adalah memahami dan memproses perasaan cemburu dengan cara yang sehat.
Jika komunikasi yang konstruktif dengan pasangan tidak membantu, pertimbangkan untuk menghubungi profesional kesehatan mental atau terapis pasangan untuk membantu menavigasi perasaan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.