Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Parfum Aroma Sampah dari Greenpeace Indonesia

Kompas.com - 27/08/2023, 16:21 WIB
Dinno Baskoro,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Proses pembuatan parfum dengan bau sampah ini dia lakukan di rumahnya sendiri dengan alat-alat yang memadai. Berbagai bahan ia gunakan untuk mendekati aroma yang paling mirip dengan kondisi di lingkungan, mulai dari daging mentah, daun kering, ranting, bangkai ikan, ampas sayuran, ampas kelapa dan lain sebagainya.

Semua bahan natural itu diproses melalui teknik fermentasi dari dengan bantuan udara dan air.

"Uap dari proses fermentasi itu disedot, ditampung dengan media air. Setelah tiga minggu, baunya langsung tercium dan tidak ada orang yang kuat menghirupnya," katanya.

Semua produk parfum yang diciptakan Didi sudah melewati serangkaian uji laboratorium sehingga aman untuk dihirup.

Tapi karena aromanya yang sangat busuk, kata Didi, tidak akan ada orang yang mampu menghirupnya dalam waktu lama.

"Meski sudah dijamin aman, pasti tidak ada orang yang kuat mencium aroma parfum ini karena baunya naudzubillah," tambah Dedi.

Baca juga: Botol Parfum Tua Ungkap seperti Apa Aroma Orang Romawi Kuno

Kompas.com berkesempatan untuk menghirup aroma parfum berbau polusi dan pencemaran ini.

Parfum berwarna merah menggambarkan aroma akibat pencemaran dan polusi udara memiliki aroma yang  berbau sangit (atau hangus) dan terasa bau udara kotor dan berdebu seperti aroma lingkungan "rumah kosong".

Kemudian aroma parfum berwarna biru yang mencerminkan pencemaran sungai terasa lebih seperti bangkai ikan yang direndam lama di dalam air.

Parfumnya memiliki konsistensi kental berwarna kuning kecoklatan. Bahkan dari jarak sekitar 30 cm dari sampel kertas, aroma busuknya sudah tercium cukup menyengat.

Baca juga: Perusahaan Idaho Produksi Parfum Unik, Punya Aroma Kentang Goreng

Lalu ada pula parfum dengan kemasan berlogo kuning yang menggambarkan aroma pencemaran tanah. Parfum ini lebih terasa seperti aroma buah dan daging yang membusuk di tanah selama berminggu-minggu.

Tidak butuh waktu lama ketika parfum itu disemprotkan ke kertas sampel, aroma busuk sampahnya langsung menyengat dan sangat mengganggu indra penciuman.

"Dari ketiga parfum itu, saya akui semuanya bikin kita tidak tahan. Tapi yang paling parah yang berwarna biru dan kuning menurut saya," lanjut Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com