Meski dua bahasa cinta itu berpotensi mengalami banyak konflik, tapi untuk memiliki hubungan yang bahagia dan langgeng, pasangan cuma perlu tidak gampang kecewa dengan ketidakcocokan yang dialami.
Menurut Sejal Mehta Barden, Direktur Eksekutif dari Marriage and Family Research Institute di University of Central Florida, masing-masing pasangan harus bisa membaca situasi dan perasaan pasangannya.
“Contoh mudahnya seperti salah satu pasangan yang memiliki love language quality time dan pasangan lainnya memiliki bahasa cinta sentuhan fisik."
“Pasangan dapat dengan mudah menggabungkan keduanya dengan memiliki waktu berkualitas, atau menonton film.
"Lalu, memastikan bahwa kita tidak duduk di kursi yang terpisah, melainkan di sofa yang sama demi melakukan kontak fisik pada saat bersamaan," kata Barden.
Kemudian pakar hubungan lain, Andrew Bland, profesor psikologi dari Universitas Millersville di Pennsylvania, mengatakan, pasangan juga harus bisa mendiskusikan kebutuhannya masing-masing.
Ini dapat dilakukan sebagai upaya untuk dapat memahami cara menghabiskan waktu bersama dengan membuat keduanya merasa saling mencintai dan dicintai.
"Yang terpenting adalah sejauh mana masing-masing pasangan berkomitmen untuk menerima pasangan apa adanya."
"Dengan demikian, saling melengkapi dapat membantu pasangan menjalin hubungan yang lebih baik," ujar Bland.
Baca juga: 3 Pasang Love Language Paling Ideal dan Saling Melengkapi