Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koleksi 'Sandyakala Smara' Denny Wirawan, Merayakan Pulangnya Batik Kudus ke Kota Kretek

Kompas.com - 08/09/2023, 09:44 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Koleksi ini termasuk siluet gaun malam yang mewah, long dress, mantel panjang, cape, tangan kimono serta akses bordir, payet, dan detail tiga dimensi yang menambah pesona adibusana tersebut.

Baca juga: Tragedi Menginspirasi Eliana Putri Jadi Perancang Perhiasan Ternama

Kemegahannya makin ditonjolkan dengan aksesori EPA Jewel berupa cincin, gelang, anting-anting, kalung hingga mahkota yang dipakai para model, termasuk Catherine Wilson saat melenggang di catwalk.

Dalam seluruh koleksinya ini, Denny Wirawan menampilkan motif flora dan fauna khas peranakan, seperti naga, phoenix, awan, burung Hong, kupu-kupu, ayam, bunga krisan, asteria, lotus, dan peonie.

Detail ini sekaligus menjadi ciri khas utama batik Kudus, dibandingkan daerah pesisir penghasil wastra Nusantara lainnya seperti Pekalongan atau Lasem.

Baca juga: Keistimewaan Batik Kudus yang Telah Lama Tenggelam

"Batik Kudus itu meriah, flora fauna, kapal, jangkar, kaligrafi, semua ada karena sesuai dengan unsur budaya di sini yang begitu dinamis," terang Denny.

Karya terbarunya yang dibuat selama tiga tahun ini juga begitu kaya warna, baik rona pastel maupun unsur tradisional Tiongkok yang lebih kuat seperti merah, kuning dan hijau.

Koleksi batik Kudus Sandyakala Smara 2023/2024Bakti Budaya Djarum Foundation Koleksi batik Kudus Sandyakala Smara 2023/2024
Koleksi Sandyakala Smara ditampilkan perdana ke publik tepat dengan latar keindahan matahari terbenam di kota pesisir itu, selaras dengan maknanya yakni 'goresan cinta di langit merah'.

Selain itu, dilatarbelakangi pula dengan keelokan Yasa Amrta, rumah adat Kudus yang juga pertama kalinya diresmikan.

Karya arsitektur ini berupa Joglo Pencu yang seluruhnya terbuat dari kayu jati yang diukir sedemikian rupa dengan makan filosofisnya sendiri.

Baca juga: Akhir Pekan di Galeri Indonesia Kaya

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengatakan rumah antik itu dibangun tanpa menggunakan paku sama sekali.

"Tidak ada pakunya, jadi itu dirakit dengan disambung, knock down," terangnya, dalam momen yang sama.

Rumah adat Kudus ini juga memiliki hiasan utama di bagian atapnya berbentuk daun tembakau, sesuai identitasnya sebagai Kota Kretek.

Baca juga: Ternyata, Batik Kudus Sempat Tenggelam Selama 2 Dekade

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com