Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2023, 07:57 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Semua orangtua ingin anaknya bahagia.

Sayangnya, ini lebih mudah diucapkan daripada diterapkan dalam keseharian.

Sering kali, perilaku orangtua malah membuat anak tidak bahagia dan tumbuh menjadi pribadi yang murung.

Baca juga: Simak, Berbagai Gaya Parenting yang Buat Anak Belanda Paling Bahagia

Laurie Santos, pakar psikologi Universitas Yale dan Arthur Brooks, profesor Universitas Harvard yang kerap meneliti kebahagiaan manusia mengatakan anak yang bahagia cenderung menjadi orang dewasa yang sukses.

Mereka memiliki kinerja keseluruhan yang lebih baik dan hubungan sosial yang lebih baik.

Untuk membuat anak bahagia, ada tiga tips yang dibagikan oleh kedua pakar ini bagi para orangtua.

Ajari anak bahwa emosi negatif itu normal dan tidak permanen

“Terkadang, kita merasa kesal, sedih, cemas, frustrasi, atau apa pun itu. Dan hal seperti itu adalah hal yang normal,” kata Santos dalam podcastnya, “The Happiness Lab".

“Ini adalah konsep yang sulit diterima oleh orang dewasa. Tapi ini bisa jadi sangat sulit bagi anak-anak.”

Baca juga: Jangan Panik, Lakukan Hal Ini Jika Anak Menangis Tanpa Sebab

Orangtua sering kali terburu-buru untuk menghibur anak-anaknya dengan menceritakan lelucon atau menawarkan suap, seperti kue atau mainan baru.

Padahal ini tidak mengatasi sumber suasana hati yang buruk, dan tidak memberikan pelajaran penting kepada anak bahwa emosi negatif adalah hal yang normal dan pada akhirnya akan berlalu.

Anak-anak perlu belajar bagaimana mengelola perasaan mereka untuk membangun ketahanan.

Artinya, orangtua perlu membantu anak memahami agar tidak malu dengan perasaan seperti marah, sedih, atau cemas.

Baca juga: 4 Langkah Mengelola Emosi Anak

Santos menyarankan orangtua menggunakan analogi yang mudah dipahami, seperti cuaca cerah dan hujan, yang normal berubah seiring waktu.

Jangan ajari anak takut pada dunia

Ilustrasi orangtua sedang membacakan buku kepada anak.DOK. Humas Tanoto Foundation Ilustrasi orangtua sedang membacakan buku kepada anak.
Ada banyak risiko buruk yang mungkin terjadi dalam hidup tapi jangan buat anak ketakutan.

"Hal ini tidak akan membuat mereka tetap aman, dan akan membuat mereka cemas dan kecil kemungkinannya untuk berhasil," kata Brooks.

Baca juga: Anak Belanda Paling Bahagia di Dunia, 6 Pantangan Orangtua Ini Perlu Ditiru

Anak-anak yang melihat dunia sebagai sesuatu yang berbahaya dan mengancam kurang sehat dibandingkan teman-temannya.

Mereka lebih sering sedih, lebih mungkin mengalami depresi, dan kurang puas dengan kehidupannya.

“Mereka juga cenderung tidak menyukai pekerjaannya dan mempunyai kinerja yang lebih buruk dibandingkan rekan-rekan mereka yang lebih positif," tambahnya.

Orangtua sebaiknya menyiapkan anaknya menghadapi masalah spesifik yang mungkin mereka hadapi, dan bersikap realistis mengenai tingkat bahayanya.

Misalnya, ajari anak tidak pernah menerima tumpangan pulang dari orang asing tanpa membuat mereka takut terhadap semua orang baru dalam berbagai situasi.

Baca juga: Cara Mengajarkan Anak untuk Bersyukur

Berikan wawasan positif yang spesifik dan faktual tentang dunia kepada anak termasuk cara menjadikan dunia ini tempat yang lebih aman dan lebih baik.

“Itu adalah cara kita untuk menyampaikan keyakinan tulus bahwa secara keseluruhan, kebanyakan orang adalah baik dan segalanya menjadi lebih baik," terang Brooks.

Berikan pengaruh positif

Anak-anak di Belanda paling bahagia di dunia karena gaya pengasuhan orangtuanya.Pexels Anak-anak di Belanda paling bahagia di dunia karena gaya pengasuhan orangtuanya.
Kebahagiaan itu menular.

Orangtua harus bahagia lebih dulu agar anak ikut gembira.

“Masalah nomor satu yang saya lihat dalam dinamika keluarga adalah penularan negatif secara sosial,” kata Brooks.

“Itulah yang harus kita ubah, yaitu mencoba menyuntikkan virus kebahagiaan ke dalam keluarga kita dan pada dasarnya melakukannya dengan sengaja.”

Baca juga: 8 Makanan yang Secara Ilmiah Bikin Bahagia

Penelitian menunjukkan, hal ini berlaku untuk semua emosi, dan merupakan alasan yang baik bagi orangtua untuk mencerminkan perilaku sehat yang mereka harapkan dapat dilihat pada anak-anaknya.

“Baik atau buruk, orangtua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap emosi dan tingkat kecemasan anak-anak mereka,” jelas Santos.

Jika orangtua cemas terhadap nilai atau hubungan sosial anaknya, mereka akan memasukkan hal tersebut dalam kehidupannya sendiri.

Baca juga: Sikap Orangtua yang Bikin Anak Tak Bahagia

Cobalah mengatur kecemasan tersebut dan hilangkan stres maupun tekanan agar menjadi orangtua yang lebih bahagia.

"Jika Anda bisa mengatasinya, itu akan sangat membantu anak-anak Anda," kata Santos.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com