Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gen Z Terlalu Aktif Bicarakan Trauma di Media Sosial, Pahami Risikonya

Kompas.com - 04/11/2023, 08:51 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber NYPost

KOMPAS.com - Berbagai upaya yang dilakukan Gen Z untuk menghilangkan stigma pada masalah kesehatan mental.

Hal itu pun membuat mereka semakin membuka diri di media sosial seperti TikTok, termasuk melampiaskan rasa sakit hingga cerita pengalaman trauma secara online.

Tren itu mulai mengalami peningkatan sejak enam bulan terakhir. Tidak sedikit Gen Z yang berani membuka pengalaman traumatisnya secara gamblang.

“Kami melihat orang-orang (anak muda) angkat bicara tentang penyerangan, baik secara seksual maupun fisik. Banyak pelecehan juga, segala jenis pelecehan mental, verbal, emosional dan fisik," kata Meg Schnetzer, seorang praktisi somatik yang mendalami seputar trauma.

Para ahli pun memuji kejujuran Gen Z dalam membagikan cerita traumatis, sebab hal itu bisa "menormalkan pembicaraan" hingga menginspirasi orang lain untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.

"Tampaknya ada banyak kesadaran, sehingga mereka merasa cukup aman untuk membuka diri dan berbagi pengalaman mereka," jelas Schnetzer.

Baca juga: TikTok Jadi Media Pelampiasan Trauma di Kalangan Gen Z

Risiko oversharing cerita traumatis di media sosial

Ilustrasi Gen Z melampiaskan trauma di TikTokPexels / Alex Green Ilustrasi Gen Z melampiaskan trauma di TikTok

Meski terdengar sebagai langkah positif, tapi kata Schnetzer, transparansi seputar masalah kesehatan mental yang disebarluaskan sembarangan bisa memunculkan potensi berbahaya.

  • Pergeseran makna dari trauma itu sendiri

Kebebasan berbicara para Gen Z bisa mengarah pada penggunaan istilah yang keliru, seperti "gaslighting" atau makna dari "trauma" itu sendiri yang memungkinkan memanipulasi orang lain.

"Setiap orang mengalami trauma dan penyembuhan yang berbeda. Apa yang disebut traumatis bagi seseorang, belum tentu bagi orang lain. Itu sangat relatif," paparnya.

  • Stigma perawatan yang tidak jelas

Terkadang, Gen Z hanya berbicara tentang pengalamannya tanpa mengungkapkan solusi yang dia tempuh.

Atau bisa juga perawatan seputar trauma yang dialami kerap dicontoh orang lain, padahal metode pemulihan trauma dapat berbeda pada setiap individu.

Konten-konten seperti ini juga dapat mengacaukan stigma seputar perawatan kesehatan mental yang tepat.

Schnetzer menjelaskan, dukungan saat mengalami pengalaman traumatis dapat menimbulkan dampak di kemudian hari.

"Saya yakin, tidak ada seorang pun yang luput dari trauma, karena trauma dapat berbeda bagi setiap orang."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com