Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/12/2023, 08:26 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Jika kamu ditanya aroma apakah yang mengingatkanmu pada kampung halaman? Mungkin sebagian akan menjawab aroma melati, teh, tembakau, kopi, atau kayu cendana. Tentu semuanya benar mengingat setiap orang memiliki memori tersendiri terhadap aroma.

Karenanya menemukan wangi khas Indonesia tentu menjadi tantangan, mengingat bahwa negara ini memiliki begitu banyak tanaman dan rempah-rempah yang semuanya memiliki aroma khusus.

Meski begitu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Rumah Atsiri Indonesia mencoba mencari tahu apa aroma khas Indonesia, dan menghasilkan wewangian yang disebut ‘Scent of Wonderful Indonesia’.

Aroma ini diracik dengan mempertimbangkan warisan tradisi kaya sejarah, serta identitas Nusantara yang istimewa.

Untuk menemukan keharuman khas itu, kita harus mengingat bahwa di Indonesia, aroma dan wewangian telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman kejayaan kerajaan-kerajaan masa lampau.

Dari ritual keagamaan atau upacara adat, hingga kuliner khas Nusantara yang turun temurun, kita telah menggunakan aroma rempah-rempahan atau tanaman yang disuling menjadi minyak atsiri.

Baca juga: Tips Menemukan Aroma Parfum yang Cocok untuk Kamu

Scent of Wonderful Indonesia, aroma khas Indonesia yang merupakan perpaduan serai, limau, pala, dan nilamKompas.com/Wisnubrata Scent of Wonderful Indonesia, aroma khas Indonesia yang merupakan perpaduan serai, limau, pala, dan nilam
Sejarah tanaman atsiri di Indonesia sudah ada sejak ribuan tahun lalu di Jalur Rempah. Dengan kondisi alam yang unik dan posisi strategis di jalur maritim dunia, Indonesia menjadi pemain penting dalam industri rempah internasional.

Bukan hanya rempah, Indonesia juga kaya akan tanaman-tanaman berharga yang biasa digunakan sebagai bahan wewangian, makanan, hingga bahan pengobatan tradisional.

Seperti pala yang menjadi salah satu rempah yang sangat dihargai dunia yang ditandai dengan perdagangan aktif dan permintaan yang tinggi. Pala menjadi komoditas rempah penting hingga menjadi rebutan bangsa-bangsa Eropa di kala itu.

Selain itu, nilam juga menjadi tanaman yang sangat dihargai secara global mengingat sekitar 90% industri wewangian dunia menggunakan nilam. Dan tahukah kamu, nilam terbaik berasal dari Indonesia!

Tak hanya itu, serai juga memiliki peranan penting dalam tradisi pengobatan dan hidangan Nusantara karena manfaat kesehatannya dan menambah citarasa.

Rempah-rempah ikonik dan khas inilah yang terpilih dalam ‘Scent of Wonderful Indonesia’ karena memiliki peran penting dalam masakan, obat tradisional, dan wewangian rakyat Indonesia sejak berabad-abad lalu.

Aroma lemon (limau) dan serai (lemongrass) yang menyegarkan sering digunakan dalam aromaterapi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi stres.

Sementara nilam (patchouli) Indonesia dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia dengan aroma yang bersahaja dan musky, dengan sedikit rasa manis dan rempah. Ditambah aroma pala (nutmeg) yang hangat dan pedas dengan sedikit rasa manis memberi kesan membumi.

Baca juga: 7 Manfaat Pala untuk Kesehatan, Sayang Dilewatkan

Digagas sebagai ikon baru dalam industri pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, ‘Scent of Wonderful Indonesia’ diharapkan mewakili keramahtamahan dan karakter Indonesia.

Natasha Clairine selaku Founder of Rumah Atsiri Indonesia, Ni Made Ayu Marthini selaku Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf dan Marsha Aruan merasakan langsung pengalaman aromatik dalam ?Scent of Wonderful Indonesia? di Museum Mini Atsiri diSarinah. Natasha Clairine selaku Founder of Rumah Atsiri Indonesia, Ni Made Ayu Marthini selaku Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf dan Marsha Aruan merasakan langsung pengalaman aromatik dalam ?Scent of Wonderful Indonesia? di Museum Mini Atsiri diSarinah.
"Kolaborasi ini menjadi diplomatic scent sebagai identitas wangi ‘Wonderful Indonesia’ yang hadir bersama cerita asal usulnya untuk membangun ketertarikan akan pariwisata Indonesia. Harapannya aroma ini bisa kesan dan kenangan bagi mereka yang datang ke Indonesia,” ungkap Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf di Sarinah, Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Mengulik jejak sejarah, pada tahun 1963, Ir. Soekarno pernah memiliki visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak atsiri terbesar di Asia.

Berjalannya waktu, pabrik atsiri tersebut sempat terbengkalai, namun kini dibangun kembali dan sekarang menjadi Rumah Atsiri Indonesia.

Natasha Clairine, Pendiri Rumah Atsiri Indonesia, mengungkapkan, "Sejarah atsiri adalah bagian tak terpisahkan dari kisah aromatik Indonesia yang kaya. Kami menyambut hangat tawaran Kemenparekraf untuk menciptakan koleksi aromatik yang istimewa ini."

"Harapan kami, koleksi ‘Scent of Wonderful Indonesia’ dapat memperkuat karakter dan identitas Indonesia melalui indera penciuman, sebagai salah satu bagian panca indera yang paling sensitif dan berhubungan erat dengan kenangan serta emosi seseorang.”

Kolaborasi ini dapat menjadi pintu untuk terjalinnya sebuah keterikatan antara aroma khas Indonesia dengan wisatawan untuk lebih mengenal Indonesia, sehingga aroma tersebut dapat terkenang di benak wisatawan sebagai aroma khas Indonesia.

“Lebih dari sekadar kolaborasi aroma, ‘Scent of Wonderful Indonesia’ juga merupakan perjalanan yang memperkenalkan warisan tradisi Indonesia melalui indera penciuman. Kami berharap kolaborasi ini memberikan kesempatan bagi wisatawan domestik dan asing untuk menjelajahi dan mengungkapkan pesona budaya melalui aroma,” ujar Natasha.

Baca juga: 8 Tanaman Hias Berbunga yang Beraroma Wangi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com