Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2024, 11:13 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Apakah anak Anda memiliki “masalah emosi” dan kerap menjadi agresif atau temperamental?

Sebagai orangtua, Anda mungkin pernah mengalami anak yang mengamuk, merusak barang-barang, dan berteriak-teriak. Ini bisa jadi tanda perilaku agresif.

Memang mengendalikan anak saat dia dalam kondisi marah akan sulit. Namun kita bisa mengajarkan bagaimana mengatur emosi, walau anak agresif membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai pengendalian diri dibandingkan anak lainnya. 

Baca juga: 5 Dampak Serius pada Korban Bullying, Bisa Memicu Perilaku Agresif

Mengapa anak saya begitu agresif?

Pada dasarnya perilaku agresif bisa dialami setiap anak sesuai dengan perkembangan. “Kami secara umum memperkirakan balita akan mengalami perilaku agresif,” kata psikolog anak Emily Mudd, PhD.

“Pada tahap ini, anak-anak cenderung menggunakan ekspresi fisik untuk mengungkapkan rasa frustrasi mereka, karena mereka belum memiliki kemampuan bahasa untuk mengekspresikan diri."

"Misalnya, mendorong teman di taman bermain dapat dianggap sebagai hal yang biasa. Kami tidak akan menyebut hal itu sebagai agresi kecuali jika kerap dilakukan dan menjadi semacam kebiasaan,” ujar Mudd.

Baca juga: 4 Langkah Mengelola Emosi Anak

Kapan harus khawatir

Pada saat anak cukup besar untuk memiliki keterampilan verbal untuk mengomunikasikan perasaannya – sekitar usia 7 tahun – ekspresi agresi fisik biasanya akan berkurang, kata Dr. Mudd.

Jika hal tersebut tidak terjadi, inilah saatnya untuk khawatir, terutama jika anak Anda membahayakan dirinya sendiri atau orang lain atau sering merusak properti.

Perhatikan tanda-tanda peringatan bahwa perilaku anak Anda berdampak negatif, seperti:

  • Kesulitan secara akademis
  • Mengalami kesulitan berteman dengan anak sebaya
  • Sering menimbulkan gangguan di rumah

“Tanda-tanda peringatan ini memprihatinkan dan tidak boleh diabaikan,” kata Dr. Mudd.

Perilaku anak seperti itu mungkin mempunyai penyebab mendasar yang memerlukan perhatian. ADHD, kecemasan, ketidakmampuan belajar yang tidak terdiagnosis, dan autisme semuanya dapat menimbulkan masalah pada perilaku agresif.

“Apa pun penyebabnya, jika perilaku agresif berdampak pada kehidupan anak sehari-hari, inilah saatnya mencari bantuan,” kata Dr. Mudd.

Mulailah dengan berbicara dengan dokter anak. Jika perlu, mereka dapat merujuk ke ahli kesehatan mental untuk mendiagnosis dan menangani masalah yang dapat menyebabkan agresi.

Baca juga: Anak yang Kurang Kasih Sayang Akan Tumbuh Agresif

Ilustrasi anakshutterstock Ilustrasi anak

Tips membantu anak yang agresif

Dr Mudd merekomendasikan strategi ini untuk membantu anak menjinakkan agresi mereka.

Tetap tenang

“Ketika seorang anak mengekspresikan banyak emosi, dan orang tua menghadapinya dengan emosi yang sama, hal ini dapat meningkatkan agresi anak,” katanya. Sebaliknya, cobalah memberi contoh cara mengendalikan emosi pada anak Anda.

Tetaplah tenang, turunkan emosi, dan ajak anak bicara dengan lembut. Hal ini akan menurunkan emosi anak.

Jangan menyerah pada kemarahan atau perilaku agresif

Misalnya, jika anak mengamuk di toko karena menginginkan mainan atau makanan tertentu, jangan menyerah dan membelinya. Ini akan dianggap sebagai cara mendesak orangtua untuk menuruti keinginannya, dan membuat anak merasa dimaklumi atas perilakunya yang tidak pantas.

Beri pujian saat anak bersikap baik

Hadiahi anak dengan pujian saat perilakunya baik, bahkan ketika anak tidak melakukan sesuatu yang luar biasa. Jika dia mau belajar tanpa merajuk, katakan, “Aku sangat menghargai usahamu untuk belajar.” Camilan dan hadiah tidak diperlukan. Pengakuan dan pujian mempunyai kekuatan tersendiri.

Baca juga: Studi: Tidak Semua Anak Agresif adalah Pelaku Bullying

Bantu anak belajar mengekspresikan dirinya dengan menyebutkan emosi

Misalnya, Anda bisa berkata, “Saya tahu kamu sedang sangat marah saat ini.” Ini memvalidasi apa yang anak rasakan dan mendorong ekspresi verbal, bukan fisik. Membuka kesempatan untuk mengobrol dapat membantu mereka menemukan cara untuk mengungkapkan perasaannya dengan cara yang sehat.

Ketahui pola emosi anak dan identifikasi pemicunya

Apakah perilaku emosi terjadi setiap pagi sebelum sekolah? Berusahalah untuk menyusun rutinitas pagi Anda. Bagi tugas menjadi beberapa langkah sederhana, dan berikan peringatan waktu seperti, “Kita berangkat 10 menit lagi.” Tetapkan tujuan, seperti tiba di sekolah tepat waktu. Kemudian berikan hadiah kepada anak ketika mereka mencapai tujuan tersebut.

Temukan imbalan yang sesuai

Jangan fokus pada hadiah materi. Sebaliknya, cobalah hadiah seperti setengah jam waktu spesial bersama ibu atau ayah, memilih apa yang dimakan keluarga untuk makan malam, atau memilih apa yang ditonton keluarga untuk menonton film di malam hari.

Jika anak Anda kesulitan mengendalikan diri, menerapkan strategi berikut dalam pola asuh akan membantu Anda mengendalikan perilaku tersebut.

Namun, jika situasinya tampak tidak dapat dikendalikan, ingatlah bahwa Anda bukan satu-satunya orang yang bergumul dengan perilaku anak. Psikolog anak bisa membantu anak-anak dan keluarga memecahkan masalah emosional dan perilaku. 

Baca juga: Mengenali Sifat Temperamental dan Cara Sehat Mengatasinya

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com