KOMPAS.com - Menghabiskan waktu di media sosial sudah menjadi kegiatan rutin sebagian besar orang, mulai dari nonton prank, melihat video kucing menggemaskan hingga mengagumi beragam tingkah orang-orang.
Meskipun banyak konten media sosial menghibur kita, namun kadang-kadang secara tidak sadar kita juga melihat hal-hal yang negatif seperti kekerasan, hoaks, berita buruk, kebencian, dan lainnya.
Belum lagi, aplikasi tertentu di medsos kerap berisi orang-orang yang pamer kekayaan, keberhasilan, dan kehidupan yang tampaknya menyenangkan, membuat kita merasa berkecil hati dan rendah diri.
“Media sosial cenderung membuat kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain,” kata psikolog anak Kate Eshleman, PsyD. “Kebanyakan orang ingin pamer dengan mengunggah apa yang mereka ingin orang lain lihat di media sosial. Dan hal itu bisa membuat orang lain minder dan rendah diri karena merasa tidak sehebat mereka.”
Jika kamu termasuk orang yang merasa tidak berharga setelah melihat media sosial, atau merasa gusar, jengkel, marah, sedih, dan dampak negatif lain, ada baiknya rehat atau puasa dahulu menggunakan medsos.
Baca juga: 9 Tanda Kamu Perlu Puasa Media Sosial
Menurut psikolog Adam Borland, PsyD, seperti dikutip Best Life, istirahat dari media sosial bisa memberikan manfaat, bukan hanya soal kesehatan mental namun juga fisik.
Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial bisa mendatangkan FOMO (fear of missing out atau takut ketinggalan), tapi istirahat bisa mendatangkan JOMO, atau Joy of Missing out (kegembiraan karena ketinggalan). Inilah yang mungkin kita peroleh dari rehat medsos:
Saat tidak menghabiskan waktu berjam-jam untuk medsos, kita dapat menggunakan seluruh waktu itu untuk melakukan apa pun yang kita inginkan. Bisa melakukan hobi, mendapatkan tidur ekstra, bergaul di dunia nyata, dan banyak hal lainnya.
Menghentikan suatu kebiasaan dapat membantu kita melihat secara lebih objektif bagaimana perasaan kita. “Kita mulai berpikir tentang bagaimana menghabiskan waktu dan dengan siapa kita berkomunikasi, dibandingkan interaksi di dunia maya,” kata Dr. Borland.
Beraktivitas secara offline dapat mengubah perspektif untuk merasa lebih bersyukur atas apa yang kita miliki, daripada meratapi apa yang tidak dimiliki.
“Daripada membanding-bandingkan kehidupan kita dengan apa yang dilihat di media sosial, lebih baik fokus pada hal-hal baik dalam hidup kita sendiri,” kata Dr. Borland.
Baca juga: Bagaimana Media Sosial Bisa Berdampak Buruk pada Anak?
Media sosial bisa menjadi pemicu rasa cemas dan rendah diri, dan terbukti berdampak pada citra tubuh beberapa orang. Rehat, bahkan untuk beberapa hari, dapat membantu kita mulai merasa lebih baik tentang diri sendiri.
Sebuah penelitian menemukan bahwa mengurangi waktu menggunakan media sosial menyebabkan peningkatan kesehatan mental dan kesejahteraan. Peserta bahkan melaporkan penurunan depresi dan kesepian.
Salah satu manfaat paling signifikan dari detoksifikasi media sosial adalah meredakan kecemasan. Tanpa media sosial kita lebih mungkin tidak dihujani hoaks, terpapar ujaran kebencian dan permusuhan, atau perundungan.
Media sosial membuat perhatian kita begitu mudah teralihkan karena terlalu banyak informasi. Berlama-lama di media sosial tanpa tujuan yang jelas membuat fokus kita memburuk.