Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus Cut Intan Nabila, Ini 8 Cara Menolong Korban KDRT

Kompas.com, 14 Agustus 2024, 18:58 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Nama selebgram kecantikan Cut Intan Nabila menjadi sorotan, lantaran video dirinya mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari suaminya, Armor Toreador, viral di media sosial.

Baik disadari maupun tidak, KDRT banyak terjadi di sekitar kita.

Namun, menolong korban KDRT tidak bisa dilakukan sembarangan.

Terutama, ketika tindakan, perkataan, atau cara seseorang menolong dapat semakin membahayakan korban atau memengaruhi kondisi mentalnya.

Baca juga: Berkaca dari Keberanian Cut Intan Speak Up, Korban KDRT Jangan Takut Melapor

Cara menolojg korban KDRT

Dilansir dari Verywell Mind, Rabu (14/8/2024), ada sembilan cara menolong korban KDRT dengan aman, yakni sebagai berikut:

1. Cari waktu yang tepat

Jika memutuskan untuk menjangkau korban KDRT, carilah waktu yang tepat dengan melakukannya pada saat yang tenang. Terlibat saat emosi sedang memuncak dapat membahayakan diri sendiri.

Kemudian, pastikan untuk meyisihkan banyak waktu sebagai antisipasi jika korban memutuskan untuk membuka diri.

Jika korban memutuskan untuk mengungkapkan rasa takut dan frustrasi yang terpendam selama bertahun-tahun, tentunya kamu tidak ingin mengakhiri percakapan karena memiliki hal lain.

2. Mulailah percakapan

Kamu dapat memulai topik tentang KDRT dengan menyatakan kekhawatiranmu akan keselamatan mereka, atau kamu memerhatikan ada beberapa perubahan pada diri korban yang mengkhawatirkanmu.

Misalnya, kamu pernah melihat mereka menggunakan pakaian untuk menutupi memar, atau menyadari bahwa korban tiba-tiba menjadi sangat pendiam dan tertutup.

Baca juga: 7 Hal yang Perlu Dihindari Saat Menolong Korban KDRT

Beri tahu korban bahwa kamu akan merahasiakan informasi apa pun yang akan diungkapkan mereka. Terpenting, jangan memaksa korban untuk terbuka.

3. Jangan menghakimi

Ketika korban memutuskan untuk buka suara, dengarkan kisahnya tanpa menghakimi, menasihati, atau memberikan solusi.

Ada kemungkinan, ketika kamu secara aktif mendengarkan mereka, korban akan memberi tahumu apa yang mereka butuhkan. Berikan mereka kesempatan penuh untuk bercerita.

Namun, kamu bisa mengajukan pertanyaan untuk sekadar mengklarifikasi, serta membiarkan korban mengeluhkan seluruh perasaan dan ketakutannya.

4. Kenali tandanya

Kebanyakan korban mencoba menutupi apa yang dialaminya untuk berbagai alasan. Mengenali tanda-tanda KDRT dapat membantumu membantu mereka.

Untuk tanda-tanda fisik, beberapa di antaranya mencakup lebam pada mata, bibir terluka, lebam berwarna ungu atau merah di leher, pergelangan tangan yang terkilir, dan luka pada tangan.

Selanjutnya adalah tanda-tanda emosional yang mencakup perasaan rendah diri, terlalu sering meminta maaf atau penurut, dan perasaan takut.

Baca juga: Cara Melaporkan Kasus KDRT ke Polisi, Simak Langkah-langkahnya

Kemudian perubahan pola makan atau tidur, cemas, penyalahgunaan zat, gejala depresi, kehilangan minat pada aktivitas dan hobi yang sebelumnya disenangi, dan berbicara tentang mengakhiri hidup.

Untuk tanda-tanda perilaku, korban bisa menjadi tertutup atau menjaga jarak, membatalkan pertemuan di menit-menit terakhir, dan sering telat.

Selanjutnya terlalu merahasiakan kehidupan personal mereka, bahkan mengisolasi diri dari keluarga dan teman.

5. Percayai korban

KDRT seringkali lebih tentang kontrol daripada amarah. Seringkali, hanya korban yang melihat sisi gelap pelaku.

Bahkan, tidak jarang orang lain terkejut saat mengetahui orang yang mereka kenal dapat bertindak seperti itu.

Alhasil, para korban sering merasa seperti tidak ada satupun yang akan memercayai mereka ketika mengungkapkan kekerasan yang menimpanya ke orang lain.

Jadi, percaya dengan apa yang diceritakan korban dan ungkapkanlah.

Bagi korban KDRT, memiliki seseorang yang mengetahui kebenaran tentang kesulitan mereka dapat membawa harapan.

6. Validasi perasaan korban

Bukan sesuatu yang tidak biasa bagi korban untuk mengungkapkan perasaan campur aduk tentang pasangan dan situasi mereka.

Perasaan ini beragam, mulai dari perasaan bersalah dan amarah, harapan dan putus asa, sampai perasaan sayang dan takut.

Jika ingin membantu, penting untuk memvalidasi perasaan korban. Beri tahu mereka bahwa perasaan campur aduk yang dirasakan adalah hal yang wajar.

Baca juga: Jangan Dihujat, Korban KDRT yang Pertahankan Pasangannya Tetap Butuh Dukungan

Namun, penting pula untuk mengatakan bahwa kekerasan bukanlah hal yang baik, dan tidak normal bagi seseorang untuk hidup dalam ketakutan akan diserang secara fisik.

Beberapa korban mungkin tidak menyadari bahwa situasi mereka tidak normal. Sebab, mereka tidak punya contoh lain dalam hubungan.

Jadi, mereka secara perlahan terbiasa dengan siklus kekerasan. Beri tahu korban bahwa kekerasan dan penganiayaan bukan bagian dari hubungan yang sehat.

 
 
 
Sieh dir diesen Beitrag auf Instagram an
 
 
 

Ein Beitrag geteilt von KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Halaman:


Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau