JAKARTA, KOMPAS.com - Local Stranger Workshop atau LSW adalah jenama asal Singapura, yang konsisten membuat karya daur ulang dari item fesyen seperti tas, topi, dan aksesoris fesyen lainnya.
Berdiri sejak tahun 2020, founder sekaligus creator dari LSW, Niksone mengungkap bahwa salah satu projek pertamanya berlangsung di tengah pandemi Covid-19.
Tak disangka karyanya dilirik Nike. Ia pun diundang untuk berkolaborasi dengan brand sepatu global tersebut.
Menariknya, karya pertama LSW terinspirasi dari budaya Jawa. Karya tersebut terbuat dari tas belanja Nike yang semi transparan.
Baca juga: Cerita Local Stranger Workshop, Daur Ulang Produk Fesyen hingga Eksis di New York
Pria yang akrab disapa Niks itu, menggandeng seorang Makeup Artis Profesional yang juga memiliki keahlian untuk mendesain, yaitu Suzana Salleh atau Suz.
Suz adalah perempuan keturunan Jawa. Ia ingin menyisipkan warisan budaya Indonesia melalui karya tas upcycle yang ia kerjakan bersama LSW.
“Menariknya, tas ini sebenarnya memiliki konsep yang berakar dari Budaya Indonesia. Orang yang mendesain tas ini berasal dari Pulau Jawa dan ia terinpirasi dari budaya itu,” kata Niks dalam Workshop by Local Stranger di Anniversary ke-50 Foot Locker di Senayan City, Sabtu (21/9/2024).
Niks menambahkan, swoosh atau logo Nike dalam tas upcycle-nya menggunakan kain batik Jawa. Tak cuma dari batik, konsep budaya Jawa semakin kental ketika logo tersebut dilapisi dengan bahan tas belanja yang semi transparan.
Hasilnya, memberikan kesan swoosh yang terlihat seperti seni pertunjukan khas Indonesia, yaitu Wayang.
“Dia (Suz) menggunakan kain batik untuk swoosh-nya dan menutupinya, agar terkesan seperti wayang. Inilah mengapa ada lapisan transparan di atas swoosh,” tuturnya.
Selain itu, pada bagian strap pinggir tasnya terdapat kalimat dari bahasa Indonesia yang bertuliskan ‘Lokal Tapi Asing’.
Baca juga: Air Jordan 38, Sepatu dengan Banyak Kisah, Berbahan Daur Ulang
Niks menyatakan, tas bernuansa beige dan oranye tersebut berhasil dipajang di Fifth Avenue, New York City dalam Nike House of Innovation tahun 2022 lalu.
Perbedaan latar belakang budaya yang berbeda antara Niks dengan timnya, membuatnya senang bisa menjadikan perbedaan tersebut, sebagai media untuk menciptakan karya yang luar biasa. Ia pun bisa lebih mengenal budaya dan identitas individu melalui karya.
“Ini adalah detail kecil tapi sangat kami senangi, ketika orang-orang tidak mempermasalahkan latar belakang budaya yang berbeda, tapi dipercaya untuk mengenal identitas asal setiap orang melalui karya,” pungkas Niks.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang