Penulis
Salah satu fase yang paling membekas di ingatan Ansharuddin adalah saat Ira mempersiapkan seleksi CPNS. Pada masa itu, Ira sedang mengandung anak kedua.
Ia belajar di tengah mual, kelelahan, dan tetap menjaga ritme hidup bersama anak sulung yang membutuhkan perhatian lebih.
"Dia belajar sambil mengandung, lalu menjalani tes tidak lama setelah melahirkan. Momen itu benar-benar menunjukkan betapa kuatnya dia," kenangnya.
Menurut Ansharuddin, fase itu menjadi titik yang membuka matanya bahwa istrinya bukan hanya bekerja keras untuk dirinya sendiri, tetapi untuk masa depan keluarga.
Baca juga: Bertahan Tanpa Support System, Ini Cara Rosita Menguatkan Diri sebagai Ibu Tunggal
Mengasuh dua anak dengan karakter berbeda adalah tantangan tersendiri. Putri sulung memerlukan pendampingan yang konsisten, sementara si bungsu dikenal lebih ekspresif dan mudah mencari perhatian.
Dalam situasi itu, Ira selalu berusaha adil.
"Kesabaran dan ketekunannya luar biasa. Ia belajar memahami si cikal lebih dalam dan tetap membagi waktu untuk si bungsu meski sering ada drama," kata Ansharuddin.
Ia melihat sendiri bagaimana istrinya menavigasi dinamika kedua anak dengan tetap mengutamakan kedekatan emosional dan perhatian yang seimbang.
Bagi Ansharuddin, kemampuan itu adalah salah satu kualitas terbaik Ira sebagai ibu.
Sebagai suami, Ansharuddin mencoba hadir dengan cara yang paling ia bisa, memberikan ruang untuk istrinya bernapas. Meski terlihat sederhana, bagi Ira hal itu berarti besar.
"Dukungan yang ia butuhkan biasanya soal ketenangan. Kadang ia cuma ingin waktu membaca buku atau sekadar rebahan. Itu yang saya coba berikan," ujarnya.
Ia juga berusaha mengambil alih situasi ketika melihat Ira mulai kelelahan, agar istrinya punya waktu sejenak untuk memulihkan diri.
Menurutnya, memberi kesempatan untuk istirahat adalah bentuk dukungan yang paling nyata bisa ia lakukan.
Baca juga: Cerita Ansharuddin Melihat Tekad Ira Mengasuh Dua Anak dan Menjadi Ibu Bekerja
Ansharuddin tidak ragu menyampaikan kebanggaannya kepada sosok yang ia pilih menjadi pasangan hidup.
Baginya, setiap langkah yang ditempuh Ira adalah wujud kerja keras yang layak dihargai.
":Saya seperti berutang dua nyawa yang telah ia kandung dan lahirkan. Tidak ada penyesalan hidup bersamanya. Apa pun kekurangannya, semua itu bagian yang saya nikmati," tuturnya.
Ia berharap Ira tahu bahwa setiap perjuangannya tidak pernah sia-sia. Bahwa sebagai ibu dan istri, ia sudah melakukan lebih dari cukup.
Sebagai orang terdekat Ira, Ansharuddin punya harapan sederhana namun tulus: ia ingin istrinya terus percaya diri menjalani peran sebagai ibu dan tetap mengejar impian pribadinya.
"Semoga ia tetap semangat dan terus mengejar target hidupnya. Saya ingin ia jadi individu terbaik, bukan hanya sebagai ibu, tapi untuk dirinya sendiri," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang