Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batasi Ponsel Hingga Stop Diet, Ini Langkah untuk Miliki Pikiran Sehat

Kompas.com, 10 Januari 2018, 11:00 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

Sumber elle.com

KOMPAS.com - Dalam sehari, waktu yang kita habiskan untuk mengkonsumsi media mungkin lebih dari 3 jam. Mulai dari mengakses media sosial, chat messanger App untuk mengatur jadwal kerja, hingga membaca berita politik yang bisa bikin kepala pening.

Hal-hal itu bisa membuat pikiran kita menjadi lelah dan stres. Itu sebabnya banyak orang tertarik melahirkan pikiran sehat, daripada menyehatkan diri secara fisik, agar hidup kita lebih tenang dan bahagia.

Studi yang dilakukan Bidvine kepada lebih dari 1.500 warga Inggris, sepertiganya menyatakan ingin memperbaiki kesehatan mental mereka di 2018 ini. Hanya seperlimanya yang mengungkapkan lebih ingin menurunkan berat badan di 2018.

Melahirkan pikiran sehat bisa jadi satu resolusi tahun baru yang kita wujudkan. Walau sudah masuk minggu kedua di tahun 2018, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk belajar mengistirahatkan pikiran dan memiliki kondisi mental yang sehat. Coba ikuti langkah-langkah sederhana berikut:

1. Tidur cukup

Penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengidentifikasi adanya wabah kekurangan tidur yang dialami sedikitnya dua pertiga orang dewasa di negara berkembang. Orang modern rata-rata tidur kurang dari 8 jam setiap malam, kurang dari rekomendasi para ahli.

Kurang tidur bisa membawa gangguan mood jangka panjang, seperti gelisah dan depresi. Puncaknya, bisa berdampak pada kesehatan fisik.

Pakar Neurologi, Profesor Matthew Walker dalam buku "Why We Sleep" menjelaskan bahwa banyak orang tidak menyadari kalau gangguan fisik yang dialami sebenarnya gara-gara kurang tidur.

2. Jangan terlalu banyak khawatir

Jangan terlalu banyak mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi. Dalam buku "The Worry Cure" yang ditulis oleh Dr Robert L. Leahy, diungkapkan bahwa 85 persen hal yang kita khawatirkan, justru tak pernah benar-benar terjadi. Padahal, stres kronis terkait dengan depresi berat.

Lalu bagaimana menghilangkannya? Terapi dengan psikolog bisa menjadi pilihan, hanya saja biayanya mahal. Pada intinya, coba lah untuk melatih pikitan dan berpikir bahwa menjalani kehidupan tidak seberat kekhawatiran kita selama ini.

3. Berhenti diet

Obsesi pada berat badan merupakan salah satu sumber ketidakbahagiaan. Situs berita Qz memberitakan bahwa mereka yang mengapresiasi tubuh mereka dan mengabaikan bentuk tubuh cenderung memiliki kesehatan mental lebih baik, lebih aktif secara seksual (lebih banyak mengalami orgasme) dan memiliki hubungan romantis yang lebih bahagia.

Jika memang serius ingin menurunkan berat badan, maka lakukan lah diet seimbang dan olahraga rutin, daripada memaksa melakukan diet ketat dan tak berlangsung jangka panjang. Targetnya bukan memiliki tubuh yang langsing, tapi sehat.

4. Perdalam hobi

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau