Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 27 Juli 2023, 08:09 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Kita mungkin enggan mengakuinya, tapi terkadang kita terbangun dari tidur dengan kondisi mulut menganga, tenggorokan kering, serta ada liur di bantal.

Walau ada godaan untuk menyalahkan faktor gravitasi atau bantal yang tidak nyaman, tetapi sebenarnya kondisi tersebut disebabkan karena pernapasan mulut.

Selain mulut yang terasa kering, gejala yang umum lainnya adalah rasa sakit saat menelan, suara serak, napas berbau, sakit kepala, serta merasa sangat lelah walau kita sudah tidur semalaman.

Dijelaskan oleh seorang pakar saluran pernapasan, Dr.Charles Ebert Jr, ada berbagai penyebab mengapa seseorang mengalami kondisi tersebut.

"Bisa karena memang sudah kebiasaan, atau ada masalah kesehatan tertentu yang belum terdeteksi," katanya.

Terkadang kita juga bernapas lewat mulut saat ada sumbatan di hidung, misalnya karena pilek atau alergi.

Baca juga: 9 Tips Tidur Nyenyak Saat Hidung Tersumbat

Menurut Dr.Christina DeMason, orang yang tidur terlentang juga cenderung bernapas lewat mulut. Ini terjadi karena posisi tidur ini menyebabkan lidah dan langit-langit mulut jatuh lebih ke belakang ke tenggorokan, yang pada akhirnya mempersempit jalan napas.

Penyebab lain adalah minum alkohol sebelum tidur yang dapat menyebabkan relaksasi otot saluran napas, yang semakin memperburuk potensi mulut untuk terbuka dan saluran napas bagian atas Anda kolaps saat tidur.

Merokok juga dapat menyebabkan pernapasan mulut kronis karena menyebabkan peradangan pada rongga hidung.

Efek negatif bernapas lewat mulut

Kebiasaan bernapas lewat mulut saat tidur ternyata berpengaruh pada kesehatan secara keseluruhan.

Mulut kering karena kurangnya aliran air liur, misalnya, dapat menyebabkan bau mulut, gigi berlubang dan penyakit gusi.

Baca juga: Joe Biden Pakai Alat CPAP untuk Obati Sleep Apnea, Apa Itu?

Menurut Mayo Clinic, tanpa air liur untuk menetralkan asam yang diproduksi oleh bakteri di mulut, Anda akan lebih banyak terpapar mikroba yang dapat berkembang biak dan menyebabkan peradangan, infeksi, dan penyakit di bagian tubuh lain, termasuk endokarditis (sejenis infeksi jantung) dan penyakit kardiovaskular.

Selain itu ada alasan mengapa pernapasan yang sehat adalah yang melalui hidung, bukan mulut.

“Pernafasan hidung memungkinkan untuk menyaring, memanaskan, dan melembabkan udara. Ini mengurangi risiko infeksi, melembabkan jalan napas, dan meningkatkan sirkulasi oksigen,” kata Dr.Charles Ebert Jr.

Bernapas lewat hidung juga akan memperburuk keparahan gangguan tidur lain, seperti sleep apnea.

Baca juga: 6 Cara Mencegah Tenggorokan dan Mulut Kering saat Berpuasa

Jelas, cara terbaik untuk berhenti tidur dengan mulut terbuka adalah menemukan dan mengobati penyebabnya, seperti penyumbatan dan masalah struktural yang mendasarinya.

"Misalnya jika hidung tersumbat, cari solusinya. Atau ubah posisi tidur atau ganti bantal sehingga saluran napas terbuka," katanya.

Beberapa terapi juga bisa dilakukan untuk memperbaiki cara kita bernapas, antara lain penggunaan mesin CPAP seperti yang dipakai penderita sleep apnea, menggunakan plester mulut, atau latihan pernapasan. Untuk memilih terapi yang paling tepat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau