Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2023, 09:16 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Orangtua perlu memberi stimulasi yang tepat sesuai dengan perkembangan dan kesiapan anak untuk mendukung kecerdasannya.

Ada berbagai jenis stimulasi yang diperlukan untuk perkembangan kemampuan anak sejak bayi sampai anak besar. Misalnya saja stimulasi motorik untuk membantu anak berjalan atau makan, hingga stimulasi berupa membacakan buku dan mengenal huruf.

Namun, orangtua harus hati-hati. Stimulasi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak bisa menyebabkan mereka mengalami overstimulasi. Hal ini dapat menyebabkan efek buruk pada anak, salah satunya menyebabkan tantrum.

Over stimulasi adalah respon tubuh terhadap aktivitas atau stimulasi yang berlebihan.

Kita semua berinteraksi dengan stimulasi lingkungan setiap saat. Namun, kemampuan dan batasan tiap orang berbeda-beda.

Anak usia dini akan lebih mudah merasa over stimulasi dibanding anak yang lebih besar. Stimulasi berlebihan biasanya akan lebih rentan dialami anak penyandang autisme, kecemasan, atau gangguan perkembangan lainnya.

Baca juga: Dear Bunda, Pahami Pentingnya Stimulasi bagi Perkembangan Anak

Banyak faktor yang menyebabkan anak merasa over stimulasi.

"Pada sore yang cerah mungkin si kecil bisa menghadapi taman bermain yang ramai, tetapi di lain waktu mereka juga dapat merasa over stimulasi saat sedang stres, kurang tidur, atau belum sarapan," kata analis perilaku Kerry Milyko.

Pada dasarnya over stimulasi terjadi saat level rangsangan sensori melebihi kapasitas anak. Tiap anak punya batasan masing-masing dan kemampuan ini bisa berubah.

Tanda anak over stimulasi

Tanda anak mengalami over stimulasi berbeda-beda tergantung usia dan temperamen anak.

Respon bayi saat mengalami over stimulasi biasanya menangis, menyentak tangan atau kaki, dan memalingkan wajah. Orangtua seringkali mengira anak hanya kelelahan.

Balita dan anak usia prasekolah biasanya mengalami tantrum, demikian juga dengan anak yang lebih besar namun mereka sudah bisa mengungkapannya lewat kata-kata. Ciri lain adalah anak menjadi agresif dan rewel.

Baca juga: Pentingnya Stimulasi dan Nutrisi bagi Tumbuh Kembang Anak dalam Masa 1.000 HPK

Efek buruk lain jika mereka terlalu sering mengalami stimulasi berlebihan adalah jadi suka membangkang dan kemampuan belajarnya menurun.

Bila anak menunjukkan tanda-tanda tersebut, yang bisa kita lakukan adalah menghilangkan stimulasinya, termasuk membawa anak dari tempat bising atau ramai.

Jika anak mengalami over stimulasi dari lingkungan, bantulah mengurangi level stimulasinya misalnya dengan menutupi telinganya.

Hindari menuntut anak untuk "menghadapinya". Mereka butuh bantuan orangtua atau orang dewasa untuk menenangkan diri.

"Hindari mempermalukan anak dan ingatlah bahwa over stimulasi bukan suatu kondisi yang mereka sengaja," kata Milyko.

Cegah kondisi over stimulasi pada anak dengan memahami kebutuhannya. Misalnya bayi dan anak akan lebih mudah mengikuti aktivitas yang pendek dan memiliki jeda. Mereka butuh tidur siang atau waktu tenang setelah beraktivitas di lingkungan ramai.

Baca juga: Anak dengan Selera Humor yang Tinggi Biasanya Cerdas, Benarkah?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com