Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2023, 23:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Yahoo Life

KOMPAS.com - Hubungan seksual yang menyakitkan, atau dalam istilah medis 'dispareunia', merupakan rasa sakit yang sering kali dialami oleh wanita sebelum, selama, atau setelah melakukan hubungan seks.

Sebuah studi YouGov baru-baru ini menunjukkan, hal itu sangat umum terjadi.

Faktanya, hanya satu dari tiga wanita yang mengaku tidak pernah mengalami seks yang menyakitkan, hingga tidak dapat menikmati, atau bahkan harus berhenti di tengah jalan.

"Sayangnya, masih banyak rasa malu dan stigma seputar seks, terutama seks yang menyakitkan," kata PJ Livett, seorang pakar hubungan dan seks.

"Padahal, masalah dengan kehidupan seks kita, termasuk seks yang menyakitkan adalah hal yang sangat umum terjadi," kata dia.

Kabar baiknya, ketidaknyamanan ini juga sangat mudah diobati.

Baca juga: Berapa Lama Durasi Hubungan Seks yang Ideal?

Menurut konsultan ginekolog di The Gynae Centre, London, Inggris, Dr Alex Eskander, sangat penting untuk memahami hubungan seks yang menyakitkan itu adalah kondisi yang tidak normal.

"Sayangnya, banyak wanita yang pasrah dan percaya bahwa mereka tidak akan menikmati seks lagi," ungkap dia.

"Padahal, seks yang menyakitkan sering kali disebabkan oleh masalah yang mudah diobati."

"Jadi, jika kita mengalami rasa sakit yang terus-menerus, maka kita harus menemui dokter umum atau dokter kandungan sesegera mungkin untuk mendapatkan diagnosis," saran dia.

Penyebab hubungan seks menyakitkan bagi wanita

Ada banyak penyebab seks terasa menyakitkan bagi wanita, mulai dari masalah fisik hingga psikologis.

Untuk itu, dengan mendapatkan diagnosis yang cepat dan pengobatan yang tepat, wanita dapat kembali menikmati kehidupan seks tanpa perlu merasa tidak nyaman.

Baca juga: Pendarahan Vagina Setelah Melakukan Hubungan Seks, Apa Penyebabnya?

Lebih lanjut, para pakar pun membagikan sejumlah kemungkinan penyebab hubungan seks yang menyakitkan, sebagaimana dilansir laman Yahoo Life berikut ini.

1. Vaginismus

Ini merupakan suatu kondisi di mana vagina mengalami kontraksi atau kejang setiap kali ada sesuatu yang dimasukkan ke dalamnya.

"Vaginismus adalah kondisi fisik dan psikologis yang dapat melibatkan faktor emosional," kata Livett.

"Hal ini menjadikannya suatu kondisi yang rumit. Tetapi, ada berbagai perawatan yang tersedia," terangnya.

Livett juga mengatakan, vaginismus terkadang dapat diobati dengan latihan dasar panggul dan dilator vagina.

Dilator adalah benda kecil dari silikon berbentuk tampon yang tersedia dalam berbagai ukuran.

"Benda ini juga dapat membantu memulihkan atau meregangkan otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina."

"Sering kali dengan mulai memasukkan ukuran terkecil hingga tubuh merasa nyaman, kemudian beralih ke ukuran berikutnya dan seterusnya," ungkap dia.

Di sisi lain, vaginismus bisa bersifat psikologis, sebuah respons terhadap trauma atau pelecehan seksual di masa lalu.

Baca juga: 8 Cara Hubungan Seks Bisa Menjaga Kesehatan Kulit dan Rambut

"Jika ini yang terjadi, kita mungkin akan dirujuk ke konselor atau terapis. Penting untuk diingat, tidak ada yang salah dengan kita," ujarnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com