Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menggambar Mereduksi Simtom Depresi pada Orang Dewasa

Kompas.com - 14/08/2023, 16:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Vivian Chandra dan Monty P. Satiadarma*

MENGGAMBAR adalah salah satu bentuk kegiatan rutin yang sering dilakukan banyak orang dalam kehidupan sehari-hari.

Aktivitas menggambar bisa dilakukan oleh individu dari masa kanak-kanak hingga orang dewasa, bahkan lanjut usia.

Kegiatan rutin menggambar yang relatif sederhana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana terapeutik dalam mengatasi gangguan psikologis. Seperti yang akan diuraikan di bawah ini terkait upaya mereduksi simtom depresi pada seorang mahasiswa laki-laki berusia 21 tahun.

Menggambar merupakan salah satu sarana sederhana terapi seni (art therapy). Art therapy adalah salah satu bentuk sarana terapeutik yang menggunakan fasilitas seni (seperti sarana lukis dan rupa) guna memberikan peluang bagi individu untuk mengekspresikan diri dalam upaya mengatasi konflik internal dan eskternal (American Association of Art Therapist, 2013; British Association of Art Therapists, 2003; Canadian Art Therapy Association, 2017).

Pendekatan terapeutik melalui art therapy memiliki keunggulan seperti: a) membuka peluang individu untuk berekspressi non-verbal dan visual, selain verbal, b) memberikan kesempatan bagi individu berekspresi kreatif dalam mengungkapkan pengalaman dan perasaan, c) membuka peluang eksplorasi alam ketidaksadaran melalui bahasa simbolik, d) relatif berlangsung dalam suasana menyenangkan, dan e) berpotensi meningkatkan daya konsentrasi, pola pikir positif dan rasa percaya diri (Malchiodi, 2005).

Tentunya ragam langkah ini dapat berlangsung dengan catatan bahwa kegiatan tersebut dipandu oleh tenaga profesional karena perlu mempertimbangkan: a) pembinaan rapor (hubungan klien-terapis) sejak awal, b) keterampilan menggunakan perangkat, c) pemahaman memadai dalam mengevaluasi serta menginterpretasi proses dan hasil kegiatan (Malchiodi, 2005).

Salah satu bentuk pendekatan art therapy melalui aktivitas menggambar yang relatif sering digunakan dan memberikan hasil sesuai harapan adalah pendekatan model Ganim (1999).

Pendekatan ini pada umumnya berlangsung sebanyak enam sesi dengan masing-masing sesi berdurasi 60-90 menit, tergantung efektivitas dan efisiensi interaksi klien dan terapis.

Sesi I diawali dengan pembinaan rapor dan melakukan kegitan pengenalan pengalaman emosi melalui visual.

Sesi II diarahkan pada upaya mengidentifikasi gejolak psikologis yang ingin diatasi.

Sesi III diarahkan guna melepaskan belenggu emosi negatif dan mengembangkan perspektif positif.

Sessi IV diupayakan guna me-reunifikasi hubungan psikofisiologis (body-mind) secara visual guna mempersiapkan langkah berikutnya.

Sesi V melakukan transformasi pribadi guna lebih menyadari keberdayaan dan memanfaatkan keberdayaan dalam menghadapi tantangan lebih lanjut. Sesi ini juga dikenal sebagai sesi “transforming the spirit and rebirthing the divine self” (lahir kembali secara spiritual).

Sesi VI sebagai sesi penutup mencakup evaluasi proses pemberdayaan yang telah berlangsung, bahkan hingga pengembangan potensi untuk dapat memberikan kontribusi bagi orang lain.

Semua sesi melibatkan aktivitas menggambar dan diikuti interaksi klien dan terapis guna beroleh umpan balik. Proses ini sebagai upaya memperoleh refleksi dalam penggunaan warna dan bentuk tertentu pada gambar.

Langkah ini merupakan upaya memperoleh pemahaman (insight) pengalaman hidup melalui ungkapan visual.

Contoh kasus:

Seorang mahasiswa (L, laki-laki) berusia 21 tahun mengeluh dirinya merasa tertekan dalam menghadapi hidup yang amat tidak menyenangkan sejak ia masih kecil.

Pada periode 2018-2019, ia menunjukkan simtom depressif (American Psychiatric Association, 2013) seperti perasaan resah, tidak nyaman, merasa kehilangan teman, cenderung merasa sendiri, kerap merenung sendiri di kost, mengalami sulit tidur (insomnia) dan hasil evaluasi test BDI (Beck Depression Inventory) menunjukkan skor tinggi yang mengindikasikan kondisi depresi berat (severe).

Beberapa hasil tes proyektif (tes gambar) menunjukkan indikator yang mendukung hasil tes BDI.

L adalah bungsu dari tiga bersaudara. Ia terpaut 15 tahun dari kakak perempuan yang beberapa tahun terkahir, lebih banyak menunjang kehidupannya karena sudah berprofesi sebagai sarjana teknik.

L kurang mengenal kakak keduanya (laki-laki) karena amat jarang berkomunikasi, bahkan L merasakan bahwa ia seperti anak terlantar dan menjadi korban kekerasan dalam keluarga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com