Oleh: Ramos Mangihut Yemima S. dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Sebagai orangtua, sudah seharusnya kita terlibat dalam membentuk kepribadian anak. Adapun konsep bersyukur dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk penerapannya.
Bersyukur berarti menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, baik hal besar maupun hal kecil. Meski sederhana, konsep bersyukur sangat penting untuk diajarkan kepada anak sejak dini.
Informasi dan pembelajaran lebih lanjut mengenai bersyukur juga bisa didapatkan melalui siniar Dongeng Pilihan Orangtua episode “Dongeng Belajar Bersyukur Dari Uko” dengan tautan dik.si/DopingBersyukur.
Dalam episode ini, Yaya dan Mimi mendapat pelajaran bersyukur setelah mendengar cerita masa lalu Uko. Kucing abu-abu ini memiliki masa lalu yang penuh lika-liku; ia hidup di jalan dan kerap disiksa.
Rasa syukur sering kali dianggap perkara sepele sebab manusia kerap menginginkan hal yang melebihi kapasitas diri. Contoh sederhananya, anak ingin mainan baru padahal ia baru saja dibelikan. Padahal, tak selamanya hal itu baik.
Dilansir dari TIME, David DeSteno, penulis sekaligus profesor psikologi di Northeastern University, menyatakan bahwa rasa syukur atau gratitude dapat membentuk pengendalian diri (self control). Pengendalian diri yang dimaksud berarti dapat menerima terjadinya sebuah proses dalam hidup dan sabar menjalaninya.
Baca juga: Pentingnya Mendidik Anak agar Tak Egois
Tidak hanya itu, rasa syukur juga merupakan salah satu kunci untuk mengerti lebih dalam akan makna kehidupan.
Nguyen dan Gordon (2020) menyatakan bahwa bersyukur memiliki keterkaitan dengan perasaan bahagia yang dimiliki oleh anak-anak berusia lima tahun. Itulah mengapa, rasa syukur penting untuk diajarkan sejak kini karena dapat membentuk pribadi mereka.
Dilansir dari Big Life Journal, anak dapat mulai belajar bersyukur dengan menerapkan beberapa kebiasaan berikut.
Mengucapkan kata “tolong” dan “terima kasih” dapat membentuk pola pikir. Hal ini dapat langsung dipraktekkan di kehidupan sehari-hari.
Misalnya, jika anak menginginkan sesuatu, dorong anak untuk mengucapkan kata “tolong” terlebih dahulu. Lalu, saat memberikan sebuah hadiah untuk anak, orangtua bisa memberikan stimulus berupa “Kalau sudah dikasih hadiah, bilang apa?” agar mereka mengucapkan “terima kasih”.
Dengan demikian, sang anak akan terbiasa untuk mengucapkan "tolong" dan "terima kasih" sebagai bentuk menghargai orang lain.
Ajak anak untuk praktik langsung lewat menolong orang yang lebih membutuhkan. Bisa dimulai dari pertolongan bentuk kecil, seperti menolong orangtua yang ingin menyebrang jalan atau meminjamkan alat tulis kepada teman.
Kebiasaan untuk menolong orang lain dapat menumbuhkan pribadi rasa syukur kepada anak. Ini terjadi karena mereka dapat berbagi apa yang dimiliki dengan orang yang lebih membutuhkan.