Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Popok Dewasa Fleksibel dan Lembut untuk Lansia Lebih Produktif

Kompas.com - 30/10/2023, 13:20 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seiring bertambahnya usia, setiap orang pasti akan mengalami berbagai masalah yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya inkontinensia urin (IU) atau yang juga dikenal dengan istilah beser.

Inkontinensia urin merupakan kondisi hilangnya kendali kandungan kemih yang menyebabkan seseorang buang air kecil atau besar tanpa memperhitungkan ketepatan waktu dan tempat.

Menurut survei Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), sebanyak 24,6 persen penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia memiliki riwayat penyakit kronis.

Dari angka tersebut, sebanyak 15-20 persen lansia terkena inkontinensia urin. Bahkan, jumlah pasien dengan kondisi medis kronis ini atau yang berada di panti jompo, bisa mencapai 70 persen.

Meskipun inkontinensia urin bukan merupakan kondisi yang mengancam jiwa, penyakit ini dapat memengaruhi kualitas hidup karena dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk hubungan interpersonal dan seksual, kesehatan psikologis, dan juga interaksi sosial.

"Pasien lansia atau geriatri memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami inkontinensia urin dan berbagai masalah kesehatan (multipatologi) lainnya," kata dokter spesialis urologi Siloam Hospitals ASRI, Dr Kindy Aulia, SpU, di Jakarta, belum lama ini.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Popok Ekonomis, Makuku Dry Care Diluncurkan

Menerapkan gaya hidup sehat

Dr Kindy mengungkapkan, dalam penanganan masalah ini perlu dilakukan pendekatan secara menyeluruh.

Sebab, inkontinensia urin merupakan masalah yang dapat memengaruhi kondisi sosial, emosional, aktivitas serta kesehatan lansia.

"Oleh karena itu, dukungan dan peran dari keluarga serta orang terdekat sangat penting untuk membantu para geriatri dalam menerima dan menangani masalahnya," kata Dr Kindy.

Menurut dia, keluarga dapat berperan untuk mendorong para geriatri dalam mengubah pola hidup, seperti penurunan berat badan, berhenti merokok, dan mulai melakukan aktivitas fisik.

"Keluarga juga dapat membantu pasien dalam menjalani terapi perilaku, seperti kegel exercise, bladder training, prompted voiding, habit training dan/atau scheduled toileting."

"Kemudian anggota keluarga bisa membantu geriatri untuk menjaga kesehatannya, seperti menyediakan menu makanan yang sehat, menjaga kebersihan, atau mengingatkan mereka untuk konsumsi obat yang diperlukan sesuai jadwal dan dosisnya," jelasnya.

Senada dengan Dr Kindy, pendiri dan inisiator GOlansia, Dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes, mengatakan, gaya hidup yang sehat berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia.

"Maka berpartisipasi di komunitas lansia dapat membuat mereka tetap aktif dan produktif karena mendapatkan kesempatan untuk melakukan beragam kegiatan," ujar dia.

"Selain itu, para lansia juga diharapkan bisa meluangkan waktu untuk berolahraga, minimal berjalan 30 menit setiap hari serta rutin berkomunikasi dengan keluarga supaya tetap bahagia," ungkap dia.

Baca juga: Penyebab Kulit Bayi Iritasi karena Popok Sekali Pakai

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com