Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Work Life Balance Bukan Jaminan Kerja Lebih Bahagia, Ini Alasannya

Kompas.com - 22/11/2023, 11:37 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Mewujudkan work life balance adalah saran karier yang belakangan populer.

Sejumlah pakar menyarankan para pekerja untuk menjadikannya indikator utama dari karier yang sukses dan hidup bahagia.

Hasilnya, pekerja dari kalangan milenial dan gen Z umumnya sangat menjunjung tinggi prinsip tersebut.

Tak jarang, mereka mengutamakannya dibandingkan gaji yang lebih baik atau posisi karier yang lebih tinggi.

Baca juga: 3 Tips Menjaga Keharmonisan Working Life Balance

Namun prinsip working life balance rupanya bukan hal yang baik diaplikasikan jika kita ingin tetap bekerja dengan bahagia, menurut pakar karier Harvard, Ranjay Gulati.

Profesor Harvard Business School ini berpendapat, keseimbangan kehidupan kerja adalah tujuan yang mengerikan dan menyesatkan untuk diperjuangkan

“Permasalahan utama saya dengan istilah “work life balance” adalah istilah ini menempatkan pekerjaan berlawanan dengan kehidupan, istilah ini mengasumsikan bahwa pekerjaan itu buruk dan hidup itu baik,” kata Gulati.

Pekerjaan seharusnya tidak menguras tenaga Anda, namun ketika Anda memperlakukan pekerjaan dan kehidupan secara terpisah, secara tersirat, Anda berkata, 'Saya mati ketika saya sedang bekerja.'

Baca juga: 10 Kota Dunia dengan Work Life Balance Terbaik, Jakarta Nomor Berapa?

Ia menambahkan, berfokus pada working life balance saja bisa menjadi kontraproduktif.

Praktik work life balance yang menyesatkan

Mempertahankan kesenjangan yang setara antara pekerjaan dan kehidupan tidak hanya sulit dilakukan tetapi juga tidak menjamin kebahagiaan.

Pasalnya, praktik working life balance didasarkan pada asumsi yang salah bahwa pekerjaan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak berhubungan, kata Gulati.

Poster serial drama SeveranceDok. Apple TV+ Poster serial drama Severance

Bagi kebanyakan orang, pekerjaan dan kehidupan saling terkait, dan mencoba memisahkan keduanya dapat menyebabkan kelelahan dan kurangnya kepuasan dalam karier.

“Hal ini membatasi diri karena jika Anda menganut keyakinan tersebut, pekerjaan hanyalah pekerjaan, tanpa makna selain gaji dan mungkin perasaan berkuasa,” kata Gulati.

“Ada lebih banyak yang dapat kita peroleh dari pekerjaan kita ketika kita menemukan bahwa apa yang kita lakukan bermakna dan menghubungkannya dengan nilai atau minat pribadi.”

Baca juga: Kenali, 6 Tanda Work Life Balance yang Gagal

Untuk lebih jelasnya, Gulati tidak menyarankan bahwa pekerjaan harus menyita seluruh hidup kita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com