Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Ciri Anak Stunting Bisa Dikenali Sejak Dalam Kandungan

Kompas.com - 26/01/2024, 16:14 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Banyak orang masih mengira tanda stunting atau kurang gizi kronis muncul ketika usia anak masih kecil. Misalnya, melalui pertumbuhan fisiknya yang terhambat.

Padahal, tanda stunting juga sudah bisa dikenali sejak bayi berada di dalam kandungan, sehingga orangtua perlu mewaspadainya sejak awal.

"Stunting ciri-ciri yang pertama terjadi pasti diawali oleh perlambatan kenaikan berat badan atau weight faltering dari masa kandungan. Jadi stunting bukan hanya saat anak bayi atau saat SD kita bisa lihat dia stunting, tapi stunting itu proses yang bisa sudah terlihat ciri-cirinya bisa dalam kandungan," ujar ahli nutrisi bayi dan anak RS Cipto Mangunkusumo Nita Azka Nadhira S.Gz, Kamis (24/1/2024), seperti dikutip dari Antara.

Baca juga:

Ia menambahkan, stunting adalah kondisi yang tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan dalam jangka waktu panjang.

Seorang anak dikatakan stunting jika tinggi badannya di bawah -2 standar deviasi pada grafik pertumbuhan.

Perlambatan kenaikan berat badan ketika bayi di dalam kandungan dapat terjadi karena kurangnya asupan nutrisi akibat sejumlah faktor.

Faktor tersebut seperti ekonomi atau kurangnya pengetahuan, sehingga membuat ibu tidak dapat memenuhi asupan nutrisi yang diperlukan anak dalam kandungannya.

Ketika anak lahir dengan berat badan kurang dan tidak terkejar, tinggi badan akan menyesuaikan bentuk tubuh anak. Namun, tidak dalam keadaan optimal seperti jika tumbuh sesuai standar yang seharusnya.

"Pada bayi ASI tidak cukup, masa MPASI tidak cukup akhirnya tinggi badan menyesuaikan. Saat berat badan melandai otomatis tingginya menyesuaikan sehingga tidak seoptimal saat berat badan tercapai dengan baik, ujung-ujungnya anak bisa stunting," tuturnya.

Baca juga:

Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba

Stunting dikategorikan menjadi dua macam, yakni kurangnya asupan nutrisi sehingga berat badan tidak bisa naik dan tumbuh kembang tidak optimal, serta adanya kondisi yang menyebabkan kebutuhan asupan gizi meningkat sehingga gizi anak tidak terpenuhi.

Untuk kategori kedua, biasanya terjadi pada anak dengan kondisi tertentu, misalnya punya penyakit jantung bawaan, alergi susu sapi, lahir dengan berat badan rendah, serta infeksi penyakit seperti TBC yang menyebabkan asupan gizi tidak bisa adekuat.

Kombinasi keduanya menyebabkan anak stunting dan hal ini tidak terjadi secara tiba-tiba.

"Jadi stunting ini hasilnya tidak bisa kita lihat dalam waktu dekat jadi jangka panjang, pencegahannya pun sedini mungkin dan komprehensif bukan hanya sekedar bayi sudah lahir saja," ucapnya.

Baca juga:

Stunting yang terjadi sejak kecil akan membuat tumbuh kembang anak tidak maksimal karena fokus tubuh adalah menangani penyakitnya. Kapasitas otak pun tidak maksimal, misalnya potensi kognitifnya rendah ketika duduk di bangku sekolah.

"Dan kemampuan fisiknya itu jauh berbeda dengan anak-anak seumurannya, sedikit-sedikit sakit, pada saat dewasa kapasitas kerjanya cenderung lebih rendah sehingga kesulitan cari kerja dan jatuh ke kemiskinan lagi," ungkap Nita.

Kerugian lain jika anak mengalami stunting juga berisiko mengalami penyakit yang lebih berat ketika dewasa karena kurangnya asupan protein.

Hal ini bisa menyebabkan penurunan oksidasi lemak sehingga lebih rentan mengalami akumulasi lemak sentral. Memicu masalah kesehatan seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan reproduksi.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com