KOMPAS.com - Cuka sari apel memiliki banyak manfaat untuk kita, misalnya kita dapat membunuh gulma dengannya, menggunakannya untuk mencuci buah dan sayuran yang baru dipanen, dan menambahkannya ke saus untuk memberikan rasa ekstra pada salad.
Namun meskipun beberapa orang mungkin mengatakan sebaliknya, cuka sari apel bukanlah cairan ajaib. Bahan ini tidak menyembuhkan jerawat, kurap atau kutil apapun. Faktanya, kita disarankan tidak menggunakannya pada kulit kecuali itu adalah bagian dari produk perawatan kulit, karena ada risiko luka bakar kimia.
Baca juga: 6 Perubahan pada Tubuh jika Minum Cuka Apel Setiap Hari
Tapi bagaimana dengan manfaat penurunan berat badan yang sering disebut-sebut banyak orang? Apakah klaim itu ada benarnya?
Sebelum kita membahas penelitian tentang cuka sari apel dan penurunan berat badan, mari kita bahas sedikit tentang apa itu cuka sari apel dan mengapa begitu banyak orang menyukainya.
Pada dasarnya, cuka sari apel adalah jus apel yang difermentasi dua kali. Proses fermentasi menghasilkan asam asetat - bahan kimia yang memberikan bau khas pada cuka. Beberapa peneliti meyakini asam asetat juga memiliki manfaat kesehatan.
Menurut ahli diet Beth Czerwony, RD, LD, meskipun ada banyak klaim yang dapat dibantah terkait dengan cuka sari apel, ada juga beberapa penelitian ilmiah (dengan berbagai ukuran dan kualitas) yang menunjukkan bahwa cuka apel mungkin:
Baca juga: 3 Mitos Seputar Cuka Apel yang Banyak Dipercaya
Sebuah penelitian tahun 2007 meningkatkan harapan bahwa cuka sari apel bermanfaat untuk menurunkan berat badan. Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi 1 hingga 2 ons cuka ari apel di pagi hari saat perut kosong selama 12 minggu menghasilkan penurunan berat badan sebesar 1 hingga 2 kg dan mengurangi kadar trigliserida.
Harapan semakin meningkat ketika sebuah penelitian tahun 2018 melaporkan bahwa partisipan yang mengonsumsi 1 hingga 2 sendok makan cuka sari apel sehari secara signifikan mengalami penurunan berat badan, indeks massa tubuh (BMI), lingkar pinggul, dan indeks adipositas visceral (VAI).
Namun desain penelitian tersebut tidak cukup bisa meyakinkan para ahli.
“Studi tahun 2018 hanya melibatkan 39 peserta,” kata Czerwony, “dan studi tersebut berfokus pada penambahan cuka sari apel ke dalam diet rendah kalori. Jadi, kita tidak tahu apakah penurunan berat badan disebabkan oleh pengurangan kalori, cuka sari apel, atau keduanya.”
Mereka juga tidak mengharuskan peserta untuk melaporkan apa yang mereka makan sebagai bagian dari diet rendah kalori, atau olahraga apa (jika ada) yang mereka lakukan.
Itu bukan satu-satunya kelemahan penelitian ini. Para peserta mengerti bahwa mereka sedang diuji penurunan berat badannya.
“Ini bisa memunculkan efek psikologis, membuat mereka tanpa sadar membuat perubahan kebiasaan lain yang menyebabkan penurunan berat badan,” jelas Czerwony.
Berdasarkan informasi saat ini, Czerwony meragukan cuka sari apel bisa membantu menurunkan berat badan.
Baca juga: Cuka Apel untuk Turunkan Berat Badan, Caranya?
Mungkin tidak ada hubungan langsung antara cuka sari apel dan penurunan berat badan. Tapi bagaimana dengan penekanan nafsu makan? Bisakah bahan ini membantu?