Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Atlet Disabilitas, Tetap Semangat di Tengah Keterbatasan

Kompas.com - 23/04/2024, 21:07 WIB
Nazla Ufaira Sabri,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah keterbatasan kondisi kesehatan fisik, banyak para atlet disabilitas yang tetap bersemangat di jalurnya, termasuk mendorong teman-teman disabilitas untuk tetap mengejar mimpi dan hobi di bidang olahraga.

Natrio Catra Yososha atau yang akrab disapa Osha, misalnya, merupakan First Autistic Indonesian Marathoner atau pelari autis maraton pertama di Indonesia.

Dalam konferensi pers Garmin Run 2024, Osha menceritakan kesenangannya dalam menjelajahi hal-hal baru, termasuk lari maraton.

"Saya tipe yang be curious dan explore. Saya suka coba sesuatu yang baru dan belajar. Salah satunya lari maraton," ungkap Osha di Jakarta Selatan, Senin (22/04/2024).

Baca juga: Mengapa Kita Perlu Merotasi Sepatu Lari?

Maraton bagi Osha bukan sekadar hobi. Ia bahkan pernah menyelesaikan full marathon sejauh 42 kilometer pada BTN Jakarta Run 2023. Saat ini ia masih terus berpartisipasi dalam perhelatan serupa.

Sambil menekuni aktivitas yang disenanginya ini, Osha ingin menghapus stigma negatif masyarakat terhadap individu dengan autisme.

“Saya ingin mengampanyekan bahwa individu autisme banyak kondisinya. Tidak semuanya seperti yang digambarkan di media,” ucap Osha.

"Olahraga bisa untuk siapapun. Bukan hanya diberi kesempatan, tapi (individu dengan autisme) juga difasilitasi karena itu merupakan kebutuhan dasar juga," sambungnya.

Pada kesempatan yang sama, atlet Jakarta Swift Wheelchair Basketball, juga mengadvokasi hal serupa.

Baca juga: Garmin Run 2024 Resmi Hadir, Kini Peserta Disabilitas Bisa Ikut

Ruang-ruang di bidang olahraga, termasuk kompetisi seperti marathon, menurutnya bukan sekadar tentang mendapatkan medali, tapi menciptakan kesempatan bagi semua orang, termasuk untuk mereka yang menggunkana kursi roda.

"Merayakan keragaman bahwa ada banyak individu yang enggak hanya berlari biasa, tapi menggunakan kursi roda, dan lainnya, juga ingin ikut merasakan event ini dan mencapai finish," ujar Johanna.

Johanna Caroline, Wheelchair Basketball Athlete di Press Conference Garmin Run 2024, Jakarta Selatan, Senin (22/04/2024).KOMPAS.com/NAZLA UFAIRA SABRI Johanna Caroline, Wheelchair Basketball Athlete di Press Conference Garmin Run 2024, Jakarta Selatan, Senin (22/04/2024).

Meskipun, mengikuti kompetisi olahraga mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi para atlet disabilitas.

Misalnya, dalam hal kesiapan fisik. Perempuan yang akrab disapa Jojo ini mengatakan, ada persiapan fisik yang berbeda dengan pelari biasa.

Para atlet lari dengan kursi roda perlu lebih melatih tubuh bagian atas agar siap mengikuti maraton.

Baca juga: Tips bagi Teman Autisme yang Ingin Ikut Lari Maraton Pertama Kali

Untuk itu, berkonsultasi dengan dokter atau pelatih olahraga yang berpengalaman penting untuk memaksimalkan persiapan.

"Latihannya kurang lebih sama tapi pasti ada penyesuaian. Lari menggunakan kursi roda fokusnya lebih ke upper body dan shoulder," tuturnya.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com