Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Tantrum adalah kondisi ketika anak marah dan mengamuk. Perilaku ini normal terjadi pada anak, sehingga orangtua tidak perlu merasa khawatir.
Lalu, pada usia berapa anak mulai tantrum? Simak ulasannya.
Pada usia tersebut biasanya anak memiliki keinginan tertentu, tetapi belum bisa mengomunikasikannya.
Baca juga: Awas, Sering Menjahili Anak sampai Nangis Bisa Membuatnya Jadi Cengeng
Misalnya, merasa lapar, sakit, lelah, ingin bermain sesuatu, atau berubahnya rutinitas. Namun, karena anak belum bisa berbicara, mereka mengekspresikannya dengan tantrum.
Biasanya, frekuensi tantrum akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Hal tersebut dikarenakan anak yang mulai bisa mengomunikasikan keinginananya dan mengekspresikan emosinya dengan lebih baik.
Baca juga: Bagaimana Cara Menghadapi Anak yang Tantrum?
Biasanya, ada beberapa perilaku fisik yang dapat terlihat dan mencirikan anak tantrum. Ini termasuk menunjukkan kegelisahan, hingga melempar barang.
"Ciri-ciri anak mengalami tantrum adalah garuk-garuk kepala, jalan mondar-mandir, sebelum akhirnya mulai melempar barang atau mainan," jelas Samanta.
Anak mulai juga berteriak dan menangis, namun masih bisa ditenangkan dengan dipeluk atau dibujuk.
"Jika ekskalasi emosinya lebih tinggi lagi dan ia ekspresif sekali, bisa jadi tantrumnya sampai guling-guling di lantai," ujarnya.
Orangtua sebaiknya tenang ketika anak tantrum dan tidak ikut emosi. Ingatlah bahwa ketika tantrum, anak sedang merasa kesulitan mengenali dan mengekspresikan emosinya.
Apalagi, tantrum biasanya hanya berdurasi singkat, sekitar 15-30 menit.
Baca juga: Bukan Beri HP, Begini Cara Tepat Atasi Anak Tantrum
Pada momen tersebut, orangtua bisa mengalihkan perhatian anak, memeluk, atau menunggu hingga tantrumnya selesai. Selama anak tantrum pastikan anak aman, jangan sampai menyakiti dirinya sendiri.
"Jika lebih dari ini mungkin ada kebutuhan emosional lain yang ia butuhkan untuk mendapatkan rasa aman atau kondisi tubuh yang terlalu lelah sehingga rasanya rungsing dalam tubuh anak," tutup Samanta.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarangLihat postingan ini di Instagram