Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Interaksi antara orangtua dan anak merupakan faktor penting dalam pertumbuhan anak.
Beragam aktivitas, seperti mengobrol, makan, dan bermain bersama, dapat dilakukan untuk mempererat hubungan tersebut.
Namun, tak jarang ada orangtua yang suka menjahili anaknya, bahkan sampai menangis.
Kejadian ini sering kali dianggap lucu dan menggemaskan, serta biasanya dilakukan karena iseng saja. Tetapi, apakah sering menjahili anak bisa membuatnya cengeng?
Baca juga: Hati-hati, Membiarkan Bayi Menangis Berdampak Buruk pada Psikologisnya
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Samanta Elsener, dampak dari kejahilan orangtua terhadap anak sangat tergantung pada motif di baliknya.
"Apakah orangtua menjahili anaknya hanya karena iseng atau disengaja membuat anak rewel," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (2/9/2024).
Banyak orangtua yang menjahili anak karena iseng, dan biasanya respons anak yang lucu menjadi daya tarik tersendiri.
Samanta mengatakan, jika menjahili anak sekadar didasari rasa iseng dan masih dalam taraf wajar, maka hal tersebut tidak akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan psikoemosional anak.
Baca juga:
Hal senada diungkapkan oleh Dokter Spesialis Anak, Kuniawan Satria Denta. Menurutnya, menggoda anak adalah hal yang wajar dalam hubungan orangtua dan anak.
"Yang menjadi masalah bukanlah sering atau tidaknya, tapi sudah berlebihan atau tidak apa yang dilakukan orangtua," katanya kepada Kompas.com, Senin.
Ketika menjahili anak dengan motif iseng, orangtua harus memastikan agar kejahilan tersebut tidak menyakiti atau mempermalukan anak, serta membohonginya secara berlebihan.
Sebab, Samanta menyebutkan, hal-hal tersebut bisa mengakibatkan timbulnya rasa kecewa dalam diri anak.
"Kalau sering dilakukan dan disengaja, akan membuat anak tidak nyaman dan terganggu, makanya anak jadi rewel," ucapnya.
Baca juga:
Beberapa orangtua dengan sengaja menjahili anaknya sampai menangis.
Tangisan ini sering dianggap lucu oleh orangtua, yang kemudian menertawakan situasi tersebut.