Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakut-nakuti Anak Bisa Memperkuat Bonding dengan Orangtua, Benarkah? 

Kompas.com, 3 September 2024, 17:06 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Masih banyak orangtua yang kerap menakut-nakuti anak, demi membuat anak mau menurut. 

Bahkan ada juga orangtua yang jahil menakuti anaknya hingga sang anak menangis.

Misalnya, bercanda pura-pura meninggalkan anaknya sendirian, hingga anaknya menangis karena ketakutan. Namun, orangtua justru tertawa saat anaknya menangis, karena  menganggapnya lucu melihat anak panik mencari orangtuanya. 

Baca juga: Waspadai, Bahaya Menakut-nakuti Anak dengan Filter Instagram

Sebagian orang melihat sikap jahil orangtua tersebut wajar.

Ada juga yang beranggapan, hal tersebut memperkuat hubungan antara ibu dan anak, serta membuat anak lebih ekspresif. 

Namun, benarkah demikian?

Menurut Dokter Spesialis Anak Kurniawan Satria Denta, menakut-nakuti anak hingga menangis bukanlah cara efektif untuk memperkuat ikatan antara ibu dan anak atau membuat anak lebih ekspresif. 

“Sebaliknya, tindakan ini dapat merusak kepercayaan dan rasa aman yang dibutuhkan untuk membangun hubungan yang kuat,” jelasnya ketika diwawancarai Kompas.com pada Senin (2/9/2024). 

Jadi, menakut-nakuti anak hingga menangis bukan cara yang baik untuk membangun bonding, melainkan justru dapat menimbulkan rasa cemas dan tidak aman pada anak. 

“Bonding yang positif biasanya terbentuk melalui interaksi yang penuh kasih, empati, dan dukungan, bukan melalui taktik menakut-nakuti”, jelas Denta. 

Baca juga: Hati-hati, Membiarkan Bayi Menangis Berdampak Buruk pada Psikologisnya

Hal serupa diungkapkan oleh Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, bahwa menakut-nakuti anak hingga menangis tidak memperkuat bonding anak dengan orangtuanya. 

"Menakuti anak tidak akan membuat anak merasa dirinya disayang dengan tulus oleh orangtuanya, terutama ibu, sebagai tempat paling aman untuk anak," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com pada Senin (2/9/2024). 

Bukannya memperkuat bonding, dengan ditakut-takuti, anak justru akan kehilangan kepercayaan pada orangtuanya dan merasa insecure atau tidak percaya diri. 

Hal tersebut dapat memicu trauma dan berdampak negatif pada perkembangan psikoemosional anak hingga besar. 

"Anak yang diajarkan dengan ditakuti akan menjadi anak yang penakut, alhasil nanti saat makin besar justru enggak berani untuk melakukan berbagai hal dan jadi ragu-ragu dalam mengambil keputusan," jelas Samanta. 

Baca juga: Demi Membangun Percaya Diri Anak, Orangtua Jangan Segan Beri Apresiasi

Oleh sebab itu, meskipun orangtua tidak ada niatan buruk dalam menjahili anaknya, sebaiknya, menjahili anak hingga menangis tidak dilakukan, karena dapat berpengaruh buruk pada anak. 

Daripada menjahili anak, ada berbagai kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperkuat bonding antara anak dan orangtua. 

"Memperkuat bonding ibu dan dapat dilakukan dengan mengisi tangki atau cangkir emosi anak dengan melakukan berbagai kegiatan positif bersama anak seperti bermain, membacakan buku, naik sepeda bersama, memeluk anak, memuji anak, dan sebagainya," tutup Samanta. 

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau