Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketika Motor-motor Italia Meluncur di Aspal Mulus Sabana Baluran...

Sebelumnya, rombongan turing yang menggunakan sejumlah Vespa modern berbagai tipe, dan dua merek pabrikan Italia lain, Piaggio dan Moto Guzzi, menempuh perjalanan sejauh 40-an kilometer dari Hotel Aston, Banyuwangi.

Turing bermotor ini digelar sebagai bagian dari perayaan 50 tahun Vespa Primavera, dengan menempuh perjalanan dari Denpasar, menuju kawasan Gunung Bromo di Jawa Timur.

Sesuai judul perjalanan ini, -seperti halnya Primavera yang menjadi salah satu produk Vespa yang ikonik, maka dalam turing ini pun sejumlah tempat ikonik sengaja dilintasi dan disinggahi.

Sehari sebelum tiba di Baluran, rombongan turing yang terdiri dari belasan motor tersebut sudah singgah di salah satu kawasan ikonik di wilayah Kintamani, Bali, yakni Danau Batur.

Rombongan datang ke danau eksotik itu untuk melepas lelah dan menyantap jamuan makan siang, setelah sebelumnya menempuh perjalanan mendaki dan menurun, lebih dari 100 kilometer dari Nusa Dua.

Meski sudah mencapai waktu makan siang saat motor-motor tersebut diparkirkan di sisi danau, dari kejauhan masih samar terlihat kabut yang menggantung di atas permukaan air.

"Ih, kita kayak di Swis ya? indah banget pemandangannya, boleh nginep di sini aja gak ya?" kata seorang perempuan yang ikut membonceng dalam perjalanan turing ini sambil tertawa.

Tempat makan siang pun tak kalah menarik. Dermaga kayu yang mengapung di atas permukaan air menjadi tempat anggota rombongan bersantai melepas lelah, sejenak. 

Hentakan air sesekali membuat ruang makan bergoyang bak berada di atas perahu.

Sementara, dari jendela ruang makan, terlihat sejumlah wisatawan berpose dan mengabadikan keindahan danau dari dermaga yang sama.

Jelas terasa, semangat menyinggahi tempat yang ikonik merupakan salah satu "menu" dari perjalanan turing Vespa Primavera ini.

Tak kalah dengan keindahan Danau Batur di Bali, Taman Nasional Baluran juga menawarkan kekhasannya.

Rasa lelah dalam perjalanan panjang dari Nusa Dua menuju Banyuwangi, Jawa Timur, seperti terbayar ketika rombongan turing disambut hutan eksotik, yang terkenal dengan hamparan sabananya itu.

"Aduh kemaren kita ada di Swis, sekarang kita udah sampe di Afrika," ungkap wanita yang sama begitu melihat hamparan lahan terbuka di kaki Gunung Baluran.

Sama halnya seperti di Danau Batur, berfoto pun menjadi bagian "penting" bagi wisatawan yang berkunjung ke sana, tak terkecuali rombongan PT Piaggio Indonesia.

Serangkaian sesi foto pun langsung digelar saat rombongan  tiba di areal sabana yang membentang luas.

"Dulu waktu saya pertama ke sini, jalannya masih batu-batu gede, kebayang gak pake Vespa ke sini, usaha banget dan lama."

Begitu kata Robby Gozal, PR & Communications Manager PT Piaggio Indonesia yang juga ambil bagian dalam turing ini. 

Aspal hitam-mulus selebar empat meter, dengan marka putih bersih cukup menjadi tanda bahwa jalur jalan ke dalam kawasan Baluran memang belum lama diperbaiki.

"Sekarang jalannya mulus begini, nyampe ke sabana-nya dan pantainya bisa cepet banget," kata Cornelius Candra Sutikto, seorang jurnalis asal Malang yang ikut dalam acara ini.

"Dulu jalannya rusak, naik motor ke sini bisa tiga jam lebih sampe ujung," kata dia.

Jarak pintu masuk taman nasional hingga ke pantai Bama yang tercatat lebih dari 14 kilometer kini bisa dilahap dalam waktu yang amat singkat.

Bahkan, tentu bisa lebih cepat jika tak ada peraturan batas kecepatan maksimal berkendara yang maksimal hanya 40 kilometer per jam.

Selain sederet varian Vespa modern seperti Primavera hingga GTS 300, dua merek motor Italia, Piaggio dengan varian MP3 dan Medley, serta dua bigbike Moto Guzzi, V9 Roamer dan V9 Bobber, ikut dalam turing ini.

Jalan yang super mulus, ditambah kenyamanan motor khas Italia, membuat siapa pun yang melintas di sana bisa meluncur dengan mudah sambil menikmati eksotisnya suasana alam.

Setelah berfoto dengan latar Gunung Baluran di kejauhan, beberapa peserta turing memilih singgah ke Pantai Bama, untuk mencari kudapan dan minum.

Tak banyak pilihan tempat makan di sana. Hanya ada satu warung mirip rumah yang menyajikan makanan ala kadarnya.

Pendopo yang dibangun di sisi pantai pun dibiarkan kosong seperti tak terurus.

Namun yang menarik adalah, setiap pengunjung wajib waspada menjaga makanan dan barang bawaan, agar tak menjadi sasaran tangan jahil monyet-monyet yang berkeliaran di sana.

"Awas barang bawaannya, hati-hati banyak monyet," teriak juru parkir saat sebagian rombongan memarkir motor-motor beraneka warna itu di lapangan tanah dekat kawasan pantai.

Lucunya, tak lama setelah si juru parkir memberi peringatan itu, dia pula yang terkaget-kaget, karena kantung plastik berisi makanannya, yang digantung di sisi pohon, dicuri oleh seekor monyet.

Plastik itu lalu dibawa kabur ke atas pohon, dan si juru parkir tadi hanya bisa terperangah melihat makanannya disantap hewan-hewan liar itu.

"Di sini memang banyak monyet, kami enggak boleh kasih makan ke mereka, nanti mereka malah nyerang ke sini," kata seorang ibu penjaga warung.

Setelah beberapa piring mi instan siap disajikan di atas meja, si ibu ini lalu mengambil sebatang sapu panjang dan berjaga di sekitar meja makan.

"Iya, saya harus jaga, biar mereka ndak ke sini, karena sedang banyak makanan," kata ibu itu sambil mengusir monyet-monyet yang datang mendekat.

Bagi puluhan, atau bahkan ratusan monyet yang menetap di kawasan pantai Bama, barang apa pun bisa dijadikan sasarannya.

Lengah sedikit saja, bukan tak mungkin turis akan kehilangan barang berharga mereka, dan dibawa kabur ke pohon-pohon tinggi di sekitar pantai.

"Awas, itu helm siapa, nanti diambil monyet..." teriak salah satu peserta turing kepada kawan lainnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/12/22/074316920/ketika-motor-motor-italia-meluncur-di-aspal-mulus-sabana-baluran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke