Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

#Sambatadalah Trending di Twitter, Mengapa Banyak Orang Suka Mengeluh?

KOMPAS.com - Mengeluh atau sambat kerap diasosiakan dengan kegiatan negatif yang sama sekali tidak berguna.

Jujur saja, kita semua pasti pernah melakukan yang namanya sambat. Hari ini saja, tepatnya tanggal 11 Juli 2019 pukul 11 WIB, sudah terhitung 3.000 orang lebih yang sambat di Twitter hingga hastag #Sambatadalah menjadi trending topic di Indonesia.

"#SambatAdalah caraku meluapkan emosi," tulis seorang pengguna Twitter.

Bahkan, salah satu netizen pun mengklaim sambat sebagai kegiatan yang asyik dilakukan.

Lantas, pakah sambat adalah kecenderungan alamiah seorang manusia saat melihat hal yang dianggap salah? Lalu, apakah sambat sebenarnya memiliki manfaat?

Penelitian telah menunjukkan, mengeluh, ketika dilakukan dengan benar, juga dapat memiliki keuntungan psikologis.

"Mengeluh memungkinkan kita mencapai hasil yang diinginkan seperti simpati dan perhatian," kata Robin Kowalski, seorang profesor psikologi di Clemson University.

"Semua orang pasti pernah mengeluh," tambahnya.

Riset yang dilakukan Kowalski dalam Journal of Social Psychology juga telah membuktikannya.

Menurut riset, mereka yang mengeluh dengan harapan mencapai hasil tertentu, cenderung lebih bahagia daripada mereka yang hanya mereka yang menyimpan "unek-unek" tersebut dalam hatinya.

Psikoterapis Tina Gilbertson mengatakan, seseorang yang mengeluh bukan berarti mereka tak mampu menjadi positif.

Mereka hanya merasa sangat tertekan dengan semua emosi yang ada dalam dirinya, sehingga harus meluapkannya untuk mendapatkan perhatian orang lain.

Mengeluh dianggap hanya memberi pikiran negatif dalam hidup kita. Nyatanya, mengeluh juga bisa memberi efek katarsis atau sebagai media untuk menyalurkan emosi yang terpendam.

Psikolog Barbara Held juga menyarankan, agar kita tidak menahan keluhan karena berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental kita.

"Sangat penting untuk belajar bagaimana memberi tahu teman dan keluarga ketika Anda kesal," katanya.

Jika kita tidak melakukannya, menurut Held, kita bisa mengalami rasa sakit tanpa seorang pun yang tahu.

Riset yang dilakukan psikolog sosial dari University of Texas juga membuktikan, menekan pikiran dan perasaan terkait dengan stres jangka panjang dan masalah kesehatan terkait.

Maka, dalam beberapa kasus, mengeluh sebenarnya bisa menjadi aktivitas yang menyehatkan.

"Kita tidak terlahir bahagia, tetapi kita dapat secara aktif terlibat dalam kegiatan yang membuat kita merasa baik,” tambah Kolwaski.

Demikian pula, kata Kolwaski, keluhan dapat menjadi sarana untuk mengontrol hasil positif yang lebih besar.

Meski memiliki banyak manfaat, mengeluh sebenarnya tidak menyelesaikan masalah dan bukan cara pengelolaan stres yang bijak.

Apalagi jika dilakukan terus-terusan, justru kita hanya akan terjebak di situasi tersebut dan akhirnya kesulitan menemukan solusinya.

Nah, daripada kita terus-menerus sambat tanpa menemukan solusi, lebih baik kita segera move-on untuk mencari jalan keluar dengan cara berikut:

1. Terus berpikir positif

Berpikiran dan bersikap positif ternyata sangat berpengaruh dalam mengelola stres.

Jika kita bisa mengendalikan stres dengan baik, tentunya kita bisa menemukan solusi dari permasalahan yang kita hadapi tak hanya sekedar mengeluh tanpa langkah pasti.

Walaupun membutuhkan waktu yang tidak sebentar, kita bisa memulainya dengan menerima masalah tersebut.

Kita bisa menerima keadaan dengan bersikap lebih optimis untuk segera menyelesaikan masalah daripada mengeluh.

Dengan begitu, kita bisa dengan leluasa mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi.

2. Beradaptasi

Beradaptasi adalah sebuah sikap yang sangat diperlukan agar kita mampu menerima keadaan.

Memang tak ada salah nya sesekali mengeluh untuk meluapkan perasaan. Tapi, hal itu akan menjadi sikap yang kurang bijak jika dijadikan kebiasaan.

Oleh karena itu, beradaptasi terhadap perubahan dan melihatnya sebagai tantangan adalah cara yang cukup ampuh untuk mengurangi kebiasaan mengeluh.

3. Jangan langsung “menghakimi”

Semua orang tentu saja pernah melakukan kesalahan, termasuk kita. Kesalahan tersebut bisa menjadi alasan untuk menghakimi orang yang membuat masalah tersebut.

Sikap menghakimi ini bisa berujung pada rasa kesal dan stres hingga akhirnya membuat kita terus-menerus mengeluh. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak menghakimi orang lain pada situasi tertentu.

Kita juga harus menghargai apa yang telah kita dan orang lain kerjakan. Penghargaan terhadap diri sendiri juga sangat berpengaruh terhadap tingkat stres yang kita rasakan.

4. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab terhadap masalah yang kita alami adalah bagian dari cara agar kita bisa berhenti mengeluh.

Bila perlu, pertahankan orang-orang yang menghargai diri kita dan tidak sekadar memanfaatkan kita. Selain itu, tinggalkan orang-orang yang membawa pengaruh buruk dengan keluhan mereka karena tentu saja berdampak pada kebiasaan ini.

Sebenarnya, berhenti mengeluh terasa sulit dilakukan karena hal tersebut merupakan bagian dari jati diri manusia.

Mengurangi kebiasaan tersebut adalah langkah yang cukup cerdas agar kita tidak memandang dunia dengan perasaan negatif lagi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/11/124814120/sambatadalah-trending-di-twitter-mengapa-banyak-orang-suka-mengeluh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke