Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diet Puasa Picu Lenyapnya Massa Otot, Benarkah?

Selain diet keto, diet ini juga relatif populer dan diterapkan oleh banyak orang dengan berbagai alasan.

Sejumlah penelitian menunjukkan, diet puasa juga bermanfaat untuk mengurangi peradangan dan diabetes, serta -tentu saja, menurunkan berat badan dan lemak.

Dengan fakta yang ada, jelas terlihat jika diet puasa dapat memberi keuntungan bagi tubuh.

Namun sebuah penelitian terbaru mengungkap, pola diet yang membatasi waktu makan dapat berdampak negatif.

Penelitian tersebut melibatkan 116 peserta dari University of California, San Francisco, Amerika Serikat.

Ditemukan, menjalani intermittent fasting saja tidak memiliki manfaat lebih dibandingkan pola diet reguler.

Terungkap juga, jika diet ini dapat menyebabkan kehilangan massa otot dalam jumlah signifikan.

Dalam penelitian ini para ilmuwan membagi partisipan menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah mereka yang mengonsumsi makanan secara rutin tiga kali sehari dengan camilan.

Sedangkan, kelompok kedua adalah mereka yang membatasi asupan kalori antara jam 12.00-20.00.

Di akhir masa penelitian selama 12 minggu, tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan antara kelompok pertama dan kelompok kedua dalam hal penurunan berat badan.

Tak hanya itu, massa lemak, kadar kolesterol, atau kontrol gula darah pun tak berbeda banyak.

Dari sana bisa disimpulkan, diet puasa tidak benar-benar meningkatkan kesehatan metabolik atau penurunan berat badan partisipan.

Namun, partisipan dalam kedua kelompok menunjukkan sedikit penurunan berat badan.

Dan, mereka yang berada dalam kelompok kedua -yang menerapkan diet puasa- menurunkan berat badan sedikit lebih banyak dibandingkan kelompok pertama.

Hanya saja, ada pola yang bermasalah pada penurunan berat badan partisipan di kelompok kedua.

Sekitar 65 persen dari total penurunan berat badan di antara peserta dalam kelompok kedua terdiri dari massa otot.

Angka kehilangan massa otot itu jauh lebih banyak dibandingkan saat kita mempraktikkan diet reguler yang membatasi kalori, yakni sekitar 20-30 persen.

Seluruh partisipan dalam penelitian ini tidak diminta untuk membatasi jumlah kalori tertentu, jenis diet makro, atau melakukan olahraga.

Partisipan di kelompok kedua sekadar melakukan diet puasa selama delapan jam, yang mana hal itu tidak memberi manfaat dibandingkan kelompok pertama yang tidak menjalani diet ekstrem tersebut.

Para peneliti di Universitas California, San Francisco berteori, asupan kalori seseorang berkurang dalam diet puasa.

Hal ini menjadi faktor signifikan yang mengakibatkan berat badan pelaku diet puasa menurun.

Teori lainnya, waktu puasa selama delapan jam dinilai terlalu lama. Sebab, sejumlah penelitian terdahulu memperlihatkan adanya manfaat metabolik dan penurunan berat badan dari metode berpuasa selama enam jam.

Kesimpulannya, jika kita hendak menerapkan diet dengan membatasi waktu makan, ada baiknya mengubah jenis makanan, dan juga seberapa banyak makanan yang dikonsumsi untuk mencegah hilangnya massa otot.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/02/213838320/diet-puasa-picu-lenyapnya-massa-otot-benarkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke