Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diet Puasa Tak Terlalu Bermanfaat untuk Menurunkan Berat Badan

KOMPAS.com - Puasa intermiten atau intermittent fasting menjadi salah satu metode diet yang populer karena klaimnya dapat menurunkan berat badan dengan cepat.

Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa program diet ini kurang efektif daripada diet tradisional dan memiliki dampak yang kurang baik bagi kesehatan tubuh.

Para ahli yang mempelajari puasa intermiten juga memperingatkan agar orang-orang tidak mudah termakan janji-janji penurunan berat badan yang cepat dari diet ini.

Dalam sebuah uji coba terkontrol secara acak menemukan peserta yang menerapkan puasa intermiten justru kehilangan berat badan lebih sedikit daripada mereka yang melakukan diet tradisional.

Bahkan, ketika kedua kelompok akhirnya membatasi jumlah kalori yang sama.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa orang-orang dalam kelompok puasa intermiten juga kehilangan lebih banyak massa otot dan lebih sedikit lemak tubuh karena kurangnya aktivitas fisik.

"Temuan tersebut menunjukkan apabila puasa intermiten bukan metode diet yang ajaib dan tidaklah istimewa dibandingkan dengan diet standar lainnya."

Demikian penuturan penulis utama studi sekaligus profesor fisiologi metabolik di University of Bath, James Betts.

"Meskipun, penting untuk dicatat bahwa pendekatan pola makan dari diet ini memang dapat menyebabkan penurunan berat badan, katanya.

Betts juga mengungkapkan bahwa studi tersebut tidak dirancang untuk mengetahui diet mana yang terbaik, melainkan untuk memahami puasa dengan lebih baik.

"Siapa pun yang menganggap puasa menarik tidak perlu beralih ke diet lain, tetapi harus mempertimbangkan efek apa yang mungkin dan tidak mungkin tidak dimiliki dari puasa," terangnya.

Temuan studi

Penelitian ini melibatkan 36 orang dewasa yang sehat dan mereka dipantau selama sebulan untuk mengukur pola makan, serta kebiasaan olahraga.

Mereka makan sekitar 2.000 hingga 2.500 kalori per hari pada awal penelitian dan kemudian secara acak dibagi menjadi tiga kelompok:

• Kelompok 1 mewakili diet tradisional. Peserta makan 25 persen lebih sedikit kalori setiap hari dari menu makanan dasar mereka setiap hari.

• Kelompok 2 mewakili puasa intermiten. Peserta tidak makan apa pun pada suatu hari dan kemudian mengonsumsi 150 persen dari menu makanan dasar mereka pada hari berikutnya.

• Grup 3 juga mewakili puasa intermiten tetapi tanpa defisit kalori bersih. Peserta tidak makan apa pun pada suatu hari, kemudian mengonsumsi 200 persen dari menu makanan dasar mereka pada hari berikutnya.

Hasilnya, dua kelompok pertama mengurangi jumlah kalori yang sama secara keseluruhan, tetapi dengan cara yang berbeda.

Sementara kelompok ketiga sama sekali tidak mengurangi kalori secara keseluruhan karena peserta makan dua kali lebih banyak pada hari berikutnya.

Setelah tiga minggu rejimen ini, orang-orang yang melakukan diet tradisional kehilangan sebagian besar lemak mereka dan dapat menurunkan berat badan sekitar 1,9 kg.

Sedangkan, kelompok yang melakukan puasa intermiten kehilangan 1,5 kg, yang setengahnya lemak dan setengahnya lagi massa otot.

Kemudian, orang-orang dalam kelompok ketiga tidak kehilangan banyak berat badan dan para peneliti tidak menemukan efek spesifik puasa terhadap peningkatan metabolisme atau kesehatan jantung.

"Hilangnya massa otot mungkin tidak akan langsung terlihat atau berbahaya bagi kebanyakan orang, tetapi menjaga jaringan tanpa lemak penting untuk fungsi dan kesehatan jangka panjang, terutama seiring bertambahnya usia," jelas Betts.

"Maka dari itu, tetap aktif dan mengonsumsi energi yang cukup, terutama protein, sangatlah penting untuk menjaga massa otot," tambah dia.

Puasa yang tidak sesuai

Para peneliti mencatat bahwa rencana penurunan berat badan dengan melakukan puasa intermiten ini tidaklah sesuai.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan puasa intermiten dapat berhasil karena orang-orang tidak makan berlebihan di hari mereka tidak sedang berpuasa.

Sehingga, mereka tidak perlu menebus kekurangan kalori dari hari-hari puasa mereka dan kembali menurunkan berat badan.

Kebanyakan orang tidak akan makan 50 persen lebih banyak dari biasanya dan para peserta penelitian masih kehilangan berat badan bahkan ketika mereka diinstruksikan untuk mengonsumsi kalori ekstra.

"Penelitian sebelumnya juga menunjukkan diet tradisional dan puasa intermiten tetap dapat menghasilkan penurunan berat badan yang serupa, mengalami perubahan komposisi tubuh, dan mendapatkan manfaat metabolisme," jelas Varady.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/25/083217320/diet-puasa-tak-terlalu-bermanfaat-untuk-menurunkan-berat-badan

Terkini Lainnya

4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
Wellness
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Wellness
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com