KOMPAS.com - Belanja merupakan kebutuhan masing-masing orang setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan dapur dan rumah tangga.
Sayangnya belanja kerap kali berubah menjadi "bencana" lantaran anggaran yang sudah disiapkan malah membengkak.
Hal kedua ini sepertinya yang paling sering terjadi pada sebagian orang, baik orang yang berusia muda maupun tua.
Nah, supaya belanja tidak membuat kantong bolong, sebaiknya kebiasaan keliru ketika belanja yang berikut ini dihindari. Apa saja?
1. Pergi ke toko yang salah
Ingatlah bahwa setiap toko, pasar, swalayan, dan sejenisnya tidaklah sama. Harga di masing-masing tempat untuk kategori yang sama bisa saja bersaing.
Maka dari itu, kita disarankan untuk mencermati harga yang dipatok di setiap toko atau pasar.
Ada beberapa pasar yang menjual barang-barang dengan harga lebih murah dibanding toko swalayan, supermarket, atau pasar lain.
Jangan sampai kita membelanjakan uang di tempat yang membanderol harga produknya lebih tinggi ketika ingin berhemat.
"Di mana Anda berbelanja membuat perbedaan besar. Ada baiknya memeriksa beberapa toko yang memberikan diskon," kata penyiar podcast "How to Money", Joel Larsgaard.
"Cobalah itu untuk perbandingan dan Anda akan terkejut melihat berapa banyak uang yang dapat Anda hemat," tambahnya.
2. Tidak punya rencana
Seperti pakar keuangan lainnya, Larsgaard juga menyebut tidak menyusun rencana dapat menyebabkan belanja menjadi boros.
Alasannya, belanja tanpa tujuan yang terarah akan mmembuat kita tergoda untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan.
Di sisi lain, tidak menyusun rencana sebelum berbelanja berpotensi membuang-buang makanan.
Di Indonesia, data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menunjukkan sebanyak 23-48 juta ton per tahun selama 2000-2019 terbuang menjadi sampah.
Parahnya, makanan yang terbuang menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp 213–551 triliun/ tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia per tahun.
Hal tersebut tentu bukanlah perilaku yang terpuji dan sebaiknya rencana belanja juga mengatur makanan apa saja yang ingin dibuat.
3. Tidak mencoba belanja online
Belanja online tidak sekadar praktis dan cepat, tapi memungkinkan kita untuk mendapat diskon atau promo spesial.
Misalnya promo gratis ongkos kirim atau promo dengan minimal nominal belanja.
Larsgaard mengatakan, belanja online menjadi alternatif lain agar tidak mudah kepincut mengambil produk yang sedang didiskon atau dipromokan di toko.
"Itu menghemat waktu dan akan memastikan bahwa Anda hanya akan mendapatkan barang-barang di daftar (rencana belanja)," tutur Larsgaard.
4. Tidak mengontrol porsi makan
Merupakan hal yang lumrah apabila sebagian orang lapar mata selama berbelanja di toko dan memasukkan banyak makanan ke dalam keranjang.
Namun, keinginan itu sebaiknya dicegah dengan menyadari berapa porsi makan yang akan dibuat supaya anggaran belanja bisa dihemat.
Jika tidak, masukkan makanan yang mudah rusak ke dalam freezer dan catat kapan batas kadaluwarsanya supaya kita tidak membuang-buang makanan.
5. Kurangi konsumsi daging
Konsumsi daging -khususnya sapi- menyebabkan anggaran belanja terkadang membengkak.
Terlebih jika kita belanja daging sapi menjelang hari-hari besar atau penting, seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru, termasuk Idul Adha.
"Saya pikir ada masalah dengan terlalu banyak daging dalam makanan kita secara umum," kata Larsgaard.
"Bisakah kita makan satu kali seminggu tanpa daging?" tambahnya.
Larsgaard juga menyampaikan, mengurangi konsumsi daging dapat meminimalisir emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh produksi makanan hewani yang dua kali lipat lebih tinggi ketimbang makanan nabati.
6. Tergoda membeli produk dari merek tertentu
Branding sebuah merek seringkali begitu membekas di benak banyak orang sehingga mereka hanya mau membeli produk dari merek tertentu, apalagi merek yang ternama.
Padahal, di pasaran ada produk-produk tertentu dari merek lain yang memberikan kualitas sama dengan harga lebih murah.
Atau malah kita bisa mendapatkan produk yang lebih berkualitas dengan harga bersaing dari merek lain.
"Iklan menempel di otak kita dan kita cenderung membeli merek-merek terkenal. Jika Anda memilih merek terkenal, berhentilah sejenak dan pikirkan lagi," kata Larsgaard.
"Anda dapat menghemat sebanyak 20-40 persen dari harga," pungkasnya.
https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/21/074624920/cermati-6-kebiasaan-belanja-ini-ternyata-bikin-kantong-bolong