Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Orang Menikmati Rasa Ngeri?

KOMPAS.com - Mengapa orang senang menyambut sesuatu yang menakutkan atau menyeramkan?

Apa yang membuat film horor atau thriller memiliki banyak penggemar? Kenapa ada orang yang senang menaiki jet coaster yang melaju di ketinggian?

Pertanyaan-pertanyaan mengenai kesenangan terhadap ketakutan ini sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah.

Ketika seseorang memilih untuk terlibat dalam kegiatan yang menakutkan, otak akan menghasilkan reaksi kimia yang membuat perasaan orang tersebut menjadi lebih baik.

Anatomi ketakutan

Sebenarnya, apa yang dirasakan seseorang ketika merasa takut?

Ada banyak. Serangkaian proses terjadi di tubuh secara simultan atau bersamaan saat kita mengalami ketakutan, yaitu:

1. Amigdala melepaskan dua hormon stres

Bagian otak yang memicu respons melawan atau lari ini akan membuat kelenjar adrenal melepaskan dua hormon stres, adrenalin dan kortisol.

Hormon adrenalin memicu aliran hormon dopamin dan endorfin.

2. Detak jantung dan tekanan darah meningkat

Kondisi ini akan menyebabkan tubuh pucat, dingin, dan lembap. Dalam banyak kasus, kita bisa merinding.

3. Pupil membesar

Pupil mata membesar sehingga kita dapat melihat jelas sesuatu yang mengancam di depan kita. Indra tubuh lainnya juga meningkat.

4. Beberapa mekanisme dalam tubuh terhenti sementara

Proses fisik apa pun yang tidak membantu kita bertahan hidup saat ketakutan --seperti pencernaan-- akan terhenti sementara waktu.

Ketakutan akan mencegah kita dari memeluk harimau, melompat ke jurang, atau berdiri di area terbuka selama petir menyambar.

Sederhananya, rasa takut inilah yang membuat kita tetap hidup.

Namun ada juga rasa ngeri atau takut yang disukai orang, seperti saat nonton film horor atau naik wahana seperti roller coaster

Jika demikian, mengapa orang senang sensasi merasa takut? Inilah alasannya:

1. Kita merasa aman

Menurut psikolog Chivonna Childs, PhD, hal yang membedakan ketakutan baik dari ketakutan buruk adalah persepsi kita tentang keselamatan.

"Ketakutan membuat kita tahu kita harus lari," katanya.

"Jika ada beruang datang, saya harus tahu apa yang dilakukan. Saya harus lari. Itu semacam ketakutan yang bisa menimbulkan kecemasan dan depresi."

Lalu bagaimana dengan ketakutan "baik"?

"Ada juga sisi baik dari rasa takut, dan itulah yang terdapat pada film-film menakutkan dan rumah-rumah berhantu. Kita mengerti ada akhir dari pengalaman itu," sambung Childs.

"Kita tahu bahwa melewati rumah hantu hanya untuk bersenang-senang, hanya orang-orang memakai kostum. Tapi itu masih mengaktifkan adrenalin, endorfin, dan dopamin. Kita mengalami euforia karena kita tahu diri kita aman."

2. Bentuk katarsis yang bisa diterima secara sosial

Saat stres, kita merasa ingin berteriak, meringkuk, atau melarikan diri dari segala sesuatu.

Namun, ketika kita menaiki rollercoaster, menonton film horor, atau mendengarkan cerita mistis, apa yang terjadi adalah sebaiknya: kita secara sengaja memberikan reaksi yang ekstrem.

Ketakutan memberikan kita kesempatan untuk mengekspresikan emosi dengan langkah-langkah yang bisa diterima secara sosial.

Menurut Childs, merasa takut tanpa berada dalam bahaya yang sesungguhnya merupakan bentuk katarsis (pelepasan emosi yang tersimpan dalam hati).

"Ketakutan meningkatkan suasana hati kita," katanya.

"Kita menghilangkan stres, sedikit berteriak. Kita merasa sedikit lebih baik setelah menonton film yang bagus dan menakutkan atau berjalan melalui rumah berhantu."

3. Mengatasi rasa takut adalah pencapaian

Selain memberi ruang untuk melampiaskan perasaan, hal-hal menakutkan yang tidak mengancam juga menawarkan kesempatan untuk membuktikan kekuatan kita.

Dengan kata lain, berhasil menahan sesuatu yang kita anggap seram itu memberikan kepuasan.

"Kita merasakan pencapaian. Saya berhasil melewati rumah hantu ini, atau saya menonton seluruh film menakutkan, dan saya baik-baik saja," jelas Childs.

4. Dinamika hubungan

Emosi yang dirasakan saat menonton, mendengarkan, atau terlibat dengan sesuatu yang menakutkan akan meningkat jika bersama orang lain.

"Saat berada di keramaian, euforia yang dipicu rasa takut akan mengikat orang. Itu bagian dari kesenangan. Karena kita terikat ketika kita bersama orang-orang yang merasa takut," papar Childs.

Ketakutan merupakan bentuk gairah yang mirip dengan gairah seksual.

Saat kita takut tetapi merasa aman, kita dapat menuruti keinginan untuk mendekat pada orang lain.

5. Eksplorasi yang aman

Kebanyakan cerita horor atau hantu memiliki semacam pelajaran atau moral.

Cerita-cerita seperti ini juga seringkali mencerminkan momen bersejarah yang kita alami, beserta tantangan yang ada di baliknya.

Mengapa semua buku yang menceritakan vampir atau stasiun televisi yang menayangkan film bertema zombie keluar di saat yang sama?

Hal itu dikarenakan media yang kita konsumsi mencerminkan kecemasan di zaman kita secara spesifik.

Berinteraksi dengan media-media tersebut akan membuat kita menyadari betapa berbahaya dunia yang kita tinggali, lalu memutuskan bagaimana kita akan menghadapi bahaya itu.

"Kisah-kisah ini adalah kisah peringatan," catat Childs.

"Kisah itu mengingatkan kita untuk berhati-hati ke mana kita pergi. Agar kita menyadari lingkungan sekitar. Tidak semua orang yang tampaknya baik adalah orang yang baik."

"Ini membantu kita untuk memikirkan apa yang akan kita lakukan jika berada dalam situasi seperti itu," sambung dia.

6. Memicu pikiran transgresif atau pelanggaran

Beberapa kisah menyeramkan dan menakutkan seolah mengajak penonton untuk berpikir atau membayangkan sebuah kejahatan yang sempurna. Hal ini sedikit meresahkan, namun merupakan respons yang normal.

Ada perbedaan antara berpikir transgresif dan melakukan tindakan transgresif.

Berpikir transgresif memungkinkan kita merasakan "sisi jahat" kita tanpa merugikan siapa pun.

Selain itu, pemikiran transgresif juga membantu memperkuat sistem kepercayaan kita. Ini menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.

"Saya tidak ingin menjadi pembunuh berantai, tetapi saya ingin tahu bagaimana cara berpikir seorang pembunuh berantai. Apakah pembunuh itu pria normal?" terang Childs.

"Apa yang ada dalam pikiran pembunuh sehingga mereka menganggap tindakan itu baik-baik saja?" katanya lagi.

7. Persiapan untuk menghadapi tantangan

Terkadang, terlibat dengan konten menakutkan menjadi jalan bagi kita untuk menghadapi tantangan di dunia nyata.

Kita ambil contoh wabah Covid-19 yang melanda pada tahun 2020.

Pada awal pandemi, film Outbreak rilisan 1995 menjadi salah satu film terpopuler di Netflix di AS.

Film ini mengisahkan virus mematikan yang mewabah di sebuah kota kecil.

Di akhir film, para tokoh utama berhasil mengatasi penyakit akibat virus itu, mengalahkan penjahat dan menghidupkan kembali romansa yang hilang hanya dalam waktu singkat.

Wabah menjadi semacam terapi imersi, cara untuk terbiasa dengan gagasan tentang pandemi dan meyakinkan diri kita bahwa pada akhirnya semua akan baik-baik saja.

8. Kematian

Festival seperti Halloween atau Dia de los Muertos (Hari Orang Mati), menurut Childs, membantu seseorang menerima adanya kematian.

"Hari-hari kematian ini adalah perayaan. Kita bisa melihat kematian sebagai transisi, alih-alih menjadi hal yang mengerikan dan buruk."

Tetapi, bukankah kematian yang ditunjukkan dalam film horor sangat mengerikan?

"Film tersebut menciptakan pola pikir 'saya tidak ingin mati dengan cara itu', sehingga kita memikirkan segala kemungkinan bagaimana kita akan meninggal," tambah Childs.

Seorang anak tidak mampu membedakan antara bahaya yang nyata dan bahaya yang dibuat-buat, maka dari itu orangtua seringkali mencegah anak untuk menyaksikan konten yang menakutkan.

Saat kita tumbuh, rasa aman juga tumbuh, tetapi itu tidak mutlak. Kita semua memiliki masa-masa di mana jenis ketakutan tertentu tidak terasa menyenangkan.

Kenali batasan

"Banyak orang bisa melewati ketakutan fantasi karena itu hanyalah fantasi," kata Childs.

"Kita yakin vampir, manusia serigala dan Frankenstein tidak ada di dunia nyata, sehingga kita tidak masalah menonton film itu."

"Tetapi ketika menyangkut malaikat dan setan, itu bisa menjadi hal yang dianggap nyata bagi kita dan mungkin ingin dihindari oleh beberapa orang," imbuhnya.

Pengalaman hidup juga memengaruhi respons kita dalam menerima rangsangan yang menakutkan.

"Jenis trauma apa pun akan memengaruhi jenis konten yang dapat kita toleransi," ujar Childs.

Jika kita atau orang terdekat pernah mengalami kekerasan, film atau cerita yang mencerminkan pengalaman buruk itu bisa memengaruhi diri kita.

Kapan perlu mendapatkan bantuan?

Apakah kita terus-menerus mengecek pintu rumah untuk memastikan pintu sudah dikunci? Atau, kita tidak mau pergi ke taman hiburan karena takut melihat rumah hantu?

Beberapa hal itu menandakan ketakutan sehat kita berubah menjadi kecemasan atau kepanikan.

"Saat itu terjadi, saya menyarankan untuk mencari bantuan dari teman dan keluarga," saran Childs.

"Jika terus berlanjut, artinya ada sesuatu yang terjadi. Dan mungkin sudah waktunya menjalani terapi demi mengetahui apa sesuatu itu."

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/30/061840920/kenapa-orang-menikmati-rasa-ngeri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke