Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Makanan dan Gaya Hidup Bisa Jadi Pemicu Kanker Usus Besar

KOMPAS.com - Hingga saat ini, kanker usus besar atau kanker kolorektal masih menjadi salah satu jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak.

Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker kolorektal merupakan jenis kanker umum ketiga yang paling banyak terjadi, dengan total hampir dua juta kasus terjadi pada tahun 2020.

Selain itu, kanker ini juga merupakan jenis kanker penyebab kematian terbesar kedua di dunia, dengan kasus kematian hampir satu juta per tahunnya.

Sementara itu di Indonesia, kasus kolorektar menempati peringkat keempat terbanyak, setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker paru.

Lalu mengacu pada data Global Cancer Observatory tahun 2020, orang dengan kanker usus besar di Indonesia mencapai 34.189 orang atau sekitar 8,6 persen populasi penduduk.

Jumlah ini pun bisa semakin bertambah. Pasalnya, menurut Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. Dr. dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD, lingkungan dan gaya hidup dapat menjadi faktor risiko kanker kolorektal.

“Sekitar 95 persen faktor risiko itu ada di lingkungan, kebiasaan, serta gaya hidup, dan terutama pada kanker kolorektal adalah bahan-bahan makanan yang masukan ke dalam usus kita,” ujar Aru dalam webinar Berteman dengan Kanker Kolorektal: Kenali dan Pahami, pada Rabu (12/4/2023)

Apalagi menurut Aru, gaya hidup masyarakat Indonesia sudah hampir sama dengan negara maju yang banyak mengonsumsi makanan junk food dan tinggi lemak secara berlebihan, dan kurang mengonsumsi rempah dan makanan berserat yang dapat menyehatkan usus dan mengurangi risiko terjadinya kanker usus besar.

Belum lagi, kebiasaan lain seperti merokok dan minum alkohol yang memperbesar risikonya.

Lebih lanjut, Aru mengatakan, terkadang pasien yang mengalami kanker kolorektal ini tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kanker.

Sebab, gejalanya yang mirip dengan gejala penyakit lain, sehingga baru terdiagnosis saat kanker telah mencapai stadium 3 atau stadium 4, yang tentu memengaruhi harapan hidupnya.

”Jika bicara angka harapan hidup 5 tahun ke depan setelah terdiagnosis kanker usus besar, angka harapan hidup pasien pada stadium 1 sebesar 95 persen."

"Pada stadium 2 sebesar 80 persen, lalu stadium 3 sebesar 70 persen, dan stadium 4 sekitar 20 persen."

"Namun, peluang tersebut bersifat dinamis karena pengobatan kanker terus berkembang,” kata Aru.

Adapun gejala yang biasa dialami pasien kanker kolorektal adalah nyeri pada perut, berat badan turun, merasa lemah berlebihan, feses berdarah, dan perubahan pola buang air besar.

"Perubahan pola buang air besar ini yang kadang-kadang terjadi sebelum ada gejala-gejala lain," ujar Aru.

Aru menambahkan, feses berdarah pun kerap disangka sebagai ambeien.

Padahal menurutnya, meski 80 persen feses berdarah memang disebabkan oleh ambeien, masih ada peluang terkena penyakit lain dalam 20 persen sisanya, yang harus ditelusuri lebih lanjut.

Oleh sebab itu, Aru menegaskan pentingnya deteksi dini dengan tes kesehatan secara berkal, seperti dengan pengecekan darah pada feses.

Sayangnya hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang enggan melakukannya lantaran merasa jijik.

“Padahal, cek feses bisa memberikan indikasi awal kanker usus besar sehingga pengobatan dan pemulihan dapat dilakukan secara optima,” ujar Aru.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/04/13/090000720/makanan-dan-gaya-hidup-bisa-jadi-pemicu-kanker-usus-besar-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke