Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Lahirnya Barbie yang Mendunia, Dicintai Sekaligus Dibenci

Semua anak perempuan pasti memiliki salah satu koleksinya, atau setidaknya berkeinginan memilikinya.

Di sisi lain, boneka plastik dengan sosok perempuan dewasa ini kerap menuai kritikan karena bentuknya yang tidak realistis tentang tubuh, sarat stereotip gender dan ide palsu soal penampilan fisik.

Namun tetap saja Mattel, perusahaan produsennya, menghasilkan miliar dollar AS dari penjualan boneka ini sejak pertama kali dirilis tahun 1970-an lalu.

Barbie juga diangkat menjadi sebuah film yang dibintangi oleh Margot Robbie dan Ryan Gosling, tayang pada Juli mendatang.

Barbie terinspirasi dari boneka seks

Barbie diciptakan oleh Ruth Handler, salah satu pemilik perusahaan mainan Mattel, karena ide yang didapatnya di tahun 1950-an.

Kala itu, ia merasa putrinya lebih suka bermain dengan boneka kertas dewasa daripada boneka plastik berbentuk bayi.

Ia lalu menyadari jika kebanyakan gadis kecil ingin menjadi sosok yang lebih dewasa sehingga memunculkan ide bisnis baru.

Gagasan tersebut semakin berkembang ketika menemukan sex toy asal Jerman bernama Bild Lilli dalam perjalanan ke Swiss pada tahun 1956.

Mainan seks itu dijual untuk orang dewasa di toko khusus namun Handler membelinya untuk menciptakan produk serupa, kali untuk anak-anak.

Ia kemudian mencari pabrikan Jepang untuk membuat produk serupa untuk pasar AS namun melakukan beberapa perubahan pada fisiknya.

Misalnya menghilangkan lekukan tubuh yang terlalu dramatis dan menghapus riasan wajah yang tebal serta lipstik yang berlebihan.

Selain itu, suaminya sendiri, Elliot ragu jika boneka ini akan laku di pasaran.

"Tidak ada ibu yang akan membelikan putrinya boneka dengan payudara," kata Elliot.

Penolakan itu dibalas dengan keyakinan Ruth bahwa Barbie akan memberikan mimpi pada anak perempuan soal masa depan mereka sendiri, bukan soal bayi yang akan dilahirkannya.

“Jika seorang anak akan melakukan permainan peran seperti apa dia saat berusia 16 atau 17 tahun, itu agak bodoh untuk bermain dengan boneka yang memiliki dada rata. Jadi saya memberinya payudara yang indah," bantahnya.

Debut di pasaran tahun 1959

Barbie rilis di pasaran di tahun 1959 melalui American Toy Fair di New York.

Boneka ini ditampilkan sebagai perempuan muda berambut pirang dengan profesi sebagai model.

Namun sejumlah pedagang retail, terutama laki-laki, tidak menyukai bahkan tak sudi menyediakannya di toko-toko mereka meskipun peminatnya cukup banyak.

"Gadis kecil menginginkan boneka bayi. Mereka ingin berpura-pura menjadi ibu," ujar salah satu penjual tersebut, bersikeras.

Dilakukan wawancara pada 45 ibu dan 191 anak perempuan untuk mengetahui alasan mereka membeli sesuatu.

Hasilnya, kebanyakan anak menyukai Barbie sedangkan para ibu membenci mainan ini.

Ernest Dichter lalu menyarankan konsep penjualan yang bisa meyakinkan para ibu jika anaknya kelak akan menjadi wanita yang tenang, seperti Barbie.

Ia juga merekomendasikan untuk memperbesar ukuran payudara Barbie.

Saran ini langsung diaplikasikan lewat iklan di chanel TV, Disney's The Mickey Mouse Club, yang menampilkan boneka Barbie bagaikan model yang nyata, melambangkan seperti apa anak perempuan nantinya.

Iklan yang tayang di musim panas itu sukses besar dan meningkatkan penjualan Barbie sehingga Mattel kewalahan.

Di tahun pertama perilisannya saja, terjual 350.000 Barbie.

Dengan popularitas Barbie yang meningkat, Mattel merilis seri yang berbeda dengan wajah, potongan rambut dan busana bervariasi.

Salah satunya meniru penampilan ibu negara AS, Jacqueline Kennedy setelah mantan Presiden John F. Kennedy dibunuh.

Pada lima tahun awal perilisannya, Barbie kemudian hadir dalam penampilan paling progresif termasuk sebagai perawat, pramugari American Airlines, atau balerina.

Boneka pria, yang diperkenalkan sebagai Ken, baru dirilis ke publik tahun 1961 sebagai kekasih Barbie.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/06/12/131457720/kisah-lahirnya-barbie-yang-mendunia-dicintai-sekaligus-dibenci

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke