Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

1 dari 5 Orang Merasa Tempat Kerjanya Toxic, Ada Apa?

KOMPAS.com – Tak hanya hubungan percintaan, lingkungan kerja pun bisa menjadi tempat toksik dan berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Begitulah kira-kira yang dilaporkan oleh sebuah survei dari American Psychological America (APA) baru-baru ini.

Survei tersebut dilakukan pada 2.515 pekerja di Amerika Serikat pada bulan April 2023 lalu.

Dari hasil tersebut dilaporkan bahwa 19 persen dari mereka merasa lingkungan kerjanya toksik.

Banyak mengalami verbal abuse

Tempat kerja toksik digambarkan sebagai tempat di mana terdapat pertengkaran, intimidasi, penghinaan, hingga kekerasan di lingkungan kerja yang dapat merusak produktivitas para pekerjanya.

Menurut Arthur Evans Junior, Kepala Eksekutif APA, tempat kerja toksik biasanya ditandai dengan tingginya tingkat ketidakhadiran, produktivitas yang rendah, dan banyaknya jumlah pekerja yang mengeluarkan diri.

Verbal abuse atau pelecehan emosional menggunakan kata-kata menjadi salah satu faktor terbesar mengapa lingkungan kerja dianggap toksik.

Dari survei tersebut, 28 persen pekerja mengaku pernah menyaksikan hinaan, lelucon negatif, ejekan yang merendahkan latar belakang seseorang di tempat kerja.

15 persen orang lainnya pernah mengalami diskriminasi di tempat kerja, sedangkan 15 persen lainnya pernah menjadi korban diskriminasi di tempat kerja.

Posisi tertinggi verbal abuse diduduki oleh mereka yang bekerja di bidang layanan yang berhubungan langsung dengan customer/klien/pasien, 31 persen di antara pekerja tersebut dilaporkan pernah mengalami pelecehan verbal.

Masalah mental di AS banyak disoroti

Dari survei tersebut, sekitar 92 persen pekerja merasa perusahaan perlu untuk memberikan kesejahteraan emosional dan psikologis mereka.

“Data dari survei kami menegaskan, para karyawan memprioritaskan dukungan fisik dan psikologis di tempat kerja,” kata dia.

Di Amerika Serikat, kesehatan mental bagi para pekerja sudah santer digaungkan.

Beberapa Perusahaan bahkan menawarkan waktu istirahat hingga program khusus untuk para pekerja yang merasa memiliki masalah mental.

“Terlepas dari hasil survei kami, sekitar 77 persen pekerja merasa puas terhadap dukungan kesehatan mental yang mereka terima dari perusahaan,” tutur Arthur Evans.

Meskipun begitu, Arthur menyebut, masih ada beberapa sektor yang perlu diperbaiki perusahaan untuk melindungi kesehatan pekerjanya.

Lingkungan kerja di Indonesia masih perlu diperbaiki

Sayangnya, di Indonesia, program kesehatan mental belum begitu menjadi prioritas yang banyak diperhatikan.

Pada Oktober 2022 lalu, International Labour Organization menerbitkan laporan tentang pelecehan dan kekerasan di tempat kerja.

Dari laporan tersebut ditemukan sebanyak 70,93 persen pekerja Indonesia pernah menjadi korban kekerasan di tempat kerja.

Dengan Perempuan dan penyandang disabilitas menjadi golongan yang paling rentan terhadap pelecehan.

Laporan tersebut juga menemukan, 55,16 persen tidak mendapatkan hasil dari penanganan kasus mereka dan 18,54 persen persen korban justru menjadi pihak yang disalahkan ketika melaporkan adanya pelecehan atau kekerasan di tempat kerja.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/17/201538020/1-dari-5-orang-merasa-tempat-kerjanya-toxic-ada-apa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke