Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Riset Ungkap, 5 Makanan untuk Mencapai Umur Panjang

Alat bantu ini untuk meninjau makanan dan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan juga lingkungan.

Hasilnya menunjukkan, individu yang mengonsumsi makanan ramah lingkungan kemungkinan 25 persen lebih kecil untuk meninggal dalam periode tindak lanjut selama 30 tahun.

Angka tersebut dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi makanan yang kurang/tidak ramah lingkungan.

"Indeks pola makan ini akan membantu petugas kesehatan masyarakat untuk memahami kesehatan dan keberlanjutan pola makan penduduk mereka saat ini."

"Selain itu, juga berfungsi sebagai indikator untuk efek intervensi pola makan," ujar penulis studi Linh Bui, kandidat PhD di Departemen Nutrisi di T.H. Chan School of Public Health, Harvard.

"Pembuat kebijakan dapat menggunakan bukti tersebut untuk membuat keputusan dalam memprioritaskan strategi yang bertujuan untuk meningkatkan PHDI."

"Ini berguna demi mencapai tujuan netralitas karbon global pada tahun 2050," sambung dia. 

Lui mengaku selalu tertarik dalam segala upaya untuk mengurangi dampak manusia terhadap lingkungan.

Tim risetnya mengidentifikasi lima makanan utama yang berdampak positif pada kesehatan manusia dan dapat mencapai umur yang lebih panjang.

Makanan-makanan tersebut antara lain, biji-bijian, buah, dan sayuran non-tepung (seperti kembang kol, brokoli, jamur, dan tomat).

Lalu, kacang-kacangan, dan minyak tak jenuh (misalnya minyak zaitun, kacang tanah, kenari, bunga matahari, minyak lobak, dan minyak jagung).

"Makanan nabati yang sehat ini dikaitkan dengan rendahnya risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung koroner, kanker kolorektal, diabetes, stroke, dan kematian total."

"Juga berefek pada rendahnya dampak terhadap lingkungan, seperti penggunaan air, pengasaman, eutrofikasi, penggunaan lahan, dan emisi gas rumah kaca," ujar Lui.

Hasil riset terbaru ini terinspirasi dari laporan yang dipimpin oleh Dr. Walter Willet dan diterbitkan di Lancet pada tahun 2019.

Dalam laporan tersebut, para penulis mengindikasikan sebagian besar penduduk dunia tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. 

Lalu, produksi pangan mendorong sistem dan proses lingkungan di luar batas aman.

Dengan temun ini, mereka lantas menyerukan perombakan sistem pangan secara global.

"Saya sangat tercengang dengan dampak yang kuat dari pilihan pola makan terhadap kapasitas lingkungan planet ini," kata Lui.

Willett menjadi penasihat akademik Lui di T.H. Chan School of Public Health, Harvard.

Dia kemudian membantu Lui mengembangkan PHDI, yang menjadi pendorong studi longitudinal baru, yang diikuti oleh 63.081 wanita dan 44.275 pria di AS.

"PHDI memberikan 'skor' diet kepada orang-orang dan kemudian menghubungkan skor tersebut dengan risiko kematian akibat berbagai penyebab, selama lebih dari 30 tahun masa tindak lanjut," kata  Maddie Pasquariello, MS, RDN, seorang pegiat nutrisi.

"Khususnya, mereka mengintegrasikan apa yang mereka ketahui tentang makanan ramah lingkungan dari panduan referensi diet yang disebut referensi EAT-Lancet."

"Panduan itu berfokus pada makanan yang secara khusus berkelanjutan dari perspektif lingkungan," sambung Pasquariello.

Lui mengatakan, tujuannya adalah untuk memperkirakan efek dari kepatuhan terhadap pola makan kesehatan planet terhadap risiko kematian.

Mengonsumsi makanan yang ramah lingkungan, seperti protein nabati dan bukan daging merah, dapat menurunkan peluang seseorang untuk meninggal akibat kondisi seperti kanker dan penyakit jantung, pernapasan, dan neurogeneratif.

"Hasil ini mengonfirmasi hipotesis kami bahwa PHDI yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah," kata Lui.

Pasquariello mengatakan, temuan ini dapat membantu penyedia layanan kesehatan, pembuat kebijakan, masyarakat, dan tentu saja bumi ini.

"Temuan ini memberikan implikasi yang jelas tentang pentingnya diet yang seimbang."

"Tentunya, dengan makanan tertentu tadi, yaitu biji-bijian, buah, sayuran non-tepung, kacang-kacangan, dan minyak tak jenuh, demi meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mengurangi risiko penyakit," ujar Pasquariello.

"Temuan ini juga menggarisbawahi bagaimana, dengan melakukan hal tersebut, kita juga dapat memerhatikan dampak lingkungan kita."

Trista Best, MPH, RD, LD, dari Balance One Nutrition setuju dengan penilaian temuan ini, tetapi memberikan satu peringatan penting.

"Penelitian ini tidak memberikan informasi rinci tentang hambatan atau tantangan spesifik yang mungkin dihadapi individu dalam menjalankan pola makan yang berkelanjutan," kata Best.

"Studi ini menyebutkan bahwa faktor-faktor seperti kondisi kesehatan, larangan agama, status sosial ekonomi, dan ketersediaan makanan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengikuti pola makan seperti itu."

"Namun, penelitian ini tidak membahas secara mendalam tentang strategi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut," tutur Best.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/08/08/072754520/riset-ungkap-5-makanan-untuk-mencapai-umur-panjang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke