Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pusing Setelah Mencium Aroma Parfum, Apa Sebabnya?

KOMPAS.com - Beberapa orang mungkin mengalami reaksi fisik seperti pusing atau sakit kepala setelah mencium aroma parfum tertentu.

Namun, bukan berarti kondisi itu membuat kita tidak bisa memakai parfum atau berhenti menggunakannya dalam keseharian.

Ternyata, ada sejumlah alasan yang memicu pusing dan sakit kepala itu muncul. Berikut ulasan selengkapnya.

Ada beberapa hal yang membuat gejala pusing atau sakit kepala muncul setelah mencium aroma parfum.

Pada dasarnya, wewangian seperti parfum terbuat dari begitu banyak campuran senyawa atau bahan kimia sintetis yang mudah menguap.

Sudah banyak penelitian yang membuktikan, senyawa dari wewangian itu ketika dicium dapat melewati lapisan pelindung pembuluh darah dan jaringan yang mengelilingi otak.

Kondisi itu lantas membuat senyawa itu dapat berinteraksi langsung dengan reseptor di sistem saraf pusat.

Akibat yang mungkin terjadi adalah senyawa dari wewangian bisa memicu perubahan atau gangguan secara langsung pada fungsi tubuh, termasuk tekanan darah, aktivitas otak hingga denyut nadi.

Beberapa orang yang mengalami hiperosmia atau indra penciumannya meningkat cenderung lebih mudah merasakan gejala fisik seperti pusing atau sakit kepala.

Indra penciuman terlalu sensitif dan reaksi alergi

Paparan aroma parfum yang berlebihan atau terlalu kuat dalam jangka waktu tertentu bisa membuat seseorang merasakan gejala pusing, sakit kepala hingga gejala lainnya. 

Terlebih pada orang dengan indra penciuman yang terlalu sensitif atau dengan riwayat alergi yang sebelumnya tidak terdiagnosis secara medis. 

Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2019, seseorang dengan sensitivitas indra penciuman tinggi melaporkan berbagai dampak kesehatan setelah terpapar produk wewangian seperti parfum, pengharum ruangan dan produk perawatan tubuh.

Gejala yang muncul itu pun mirip seperti alergi, yang mana ketika terpapar senyawa atau partikel tertentu maka dapat memengaruhi kondisi fisik seseorang.

Sejumlah gejala yang muncul itu meliputi;

  • Migrain
  • Serangan asma
  • Sakit kepala
  • Pingsan
  • Pusing
  • Kejang
  • Masalah pernapasan
  • Masalah kulit seperti gatal atau ruam
  • Mata berair atau merah
  • Hidung tersumbat
  • Bersin
  • Mual hingga diare

Di samping itu, National Exzema Association menyatakan, sensitivitas pada wewangian dan reaksi alergi yang ditimbulkan dialami 1 hingga 4 persen populasi umum.

Sedangkan orang yang mengalami migrain setelah terpapar aroma parfum tertentu terjadi pada 12,6 persen populasi umum. 

  • Osmofobia

Osmofobia dapat diartikan sebagai ketakutan, keengganan, atau hipersensitivitas psikologis terhadap bau dan umumnya terjadi pada penderita migrain.

Menurut American Headache Society, selain memicu migrain, osmofobia juga dapat memperburuk gejala migrain yang berkelanjutan.

Sebuah studi tahun 2016 terhadap 113 orang mencatat bahwa bau adalah pemicu umum migrain, yang mempengaruhi 90,2 persen peserta penelitian.

Pada studi itu, aroma parfum menjadi pemicu paling umum kemudian diikuti oleh produk pembersih rumah tangga, bau asap rokok, dan knalpot kendaraan bermotor.

Lebih khusus lagi, sebuah penelitian tahun 2017 menemukan, parfum dengan aroma bunga umumnya memicu serangan migrain.

Para ahli masih belum mengetahui bagaimana bau memicu sakit kepala, namun beberapa di antaranya percaya gejala tersebut merupakan efek interaksi langsung antara aroma parfum dan jalur nosiseptif trigeminal.

Ini adalah jalur sensorik yang ada di hidung dan mulut dan mengirim sinyal ke otak melalui saraf trigeminal, yang merupakan salah satu saraf kranial.

Ada pula yang berhipotesis yang menyebutkan, aroma parfum bisa memicu pelepasan zat inflamasi di otak dan menimbulkan rasa sakit.

Kondisi itu dapat mengaktifkan sistem trigeminovaskular dan reseptor nyeri dural, yang menyebabkan keadaan reaktivitas yang menurunkan ambang nyeri.

Hal ini juga dapat menyebabkan allodynia, atau pengalaman nyeri akibat rangsangan yang biasanya tidak menimbulkan nyeri.

Pengalaman tidak menyenangkan pada aroma parfum

Persepsi atau pengalaman seseorang terhadap aroma parfum tertentu juga dapat memicu reaksi fisik seperti migrain, pusing dan sakit kepala.

Para ahli memperkirakan kondisi itu dialami sekitar 0,1 persen orang dewasa yang menderita migrain.

Menurut penelitian di tahun 2014 yang melibatkan 537 anak-anak dan remaja yang menderita migrain, pengalaman tidak menyenangkan terkait aroma dan pemicu migrain biasanya terjadi pada masa kanak-kanak.

Hal ini pun tidak hanya terjadi pada aroma parfum. Menurut penelitian di tahun 2022 melaporkan satu orang mengalami migrain hingga 3-7 hari setelah mencium asap rokok.

Sedangkan individu lainnya mengalami gejala migrain setelah mencium bau terbakar baik dari sampah atau rokok selama 30 menit setelah terpapar.

Kapan harus berobat ke dokter?

Seseorang yang mengalami reaksi fisik yang mengganggu seperti migrain sebaiknya perlu menghindari paparan yang menjadi pemicunya.

Jika gejala terus berlanjut atau terlalu banyak kategori atau jenis dari pemicu migrain itu kambuh, sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Sebab, kondisi itu dapat mengganggu kehidupan sehari-hari sehingga memengaruhi kehidupan sosialnya.

Dokter pun biasanya akan mengidentifikasi aroma atau jenis bau apa yang berpotensi menjadi pemicu dan menyarankan untuk menghindarinya.

Pada kasus tertentu, seseorang mungkin diberikan obat medis untuk meredakan gejala mirgain yang muncul setelah terpapar bau atau aroma tertentu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/07/120000620/pusing-setelah-mencium-aroma-parfum-apa-sebabnya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke