KOMPAS.com - Orangtua yang mampu bersikap tegas dan disiplin baik untuk tumbuh kembang orangtua.
Namun jangan sampai kita menjadi sosok orangtua yang terlalu kaku dan mengekang anak dengan berbagai larangan.
Perilaku tersebut malah bisa berbahaya karena mendorong anak untuk lebih sering berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari kita.
Berikut adalah ciri-ciri orangtua yang terlalu kaku dan mengekang:
Tidak ada toleransi
Kita menetapkan aturan tegas yang wajib diikuti anak, tanpa diskusi atau toleransi apa pun.
Faktanya, penting untuk menyadari bahwa selalu ada pengecualian terhadap aturan tertentu.
Daripada bersikap otoriter dalam segala hal, tunjukkan kesediaan untuk mengevaluasi perilaku anak sesuai konteks keadaannya.
Anak sering berbohong
Riset membuktikan, disiplin berlebihan akan membuat anak tumbuh menjadi pembohong yang lihai.
Mereka berusaha menghindari konsekuensi dan hukuman sehingga kerap berbohong.
Kita adalah orangtua yang kaku jika anak memiliki larangan yang terlalu banyak dibandingkan teman-temannya.
Tak ada salahnya menjadi orangtua disiplin tapi ini menandakan bahwa ekspektasi kita terlalu tinggi.
Tidak suka hal konyol
Anak-anak dan remaja menyukai lelucon, permainan dan hal konyol lainnya.
Jika merasa hal tersebut tidak berguna atau membuang waktu, mungkin ini tandanya kita adalah strict parent.
Cobalah sedikit menikmati momen tersebut dan bersenang-senang sesekali agar bisa lebih dekat dengan anak.
Sulit menoleransi orang lain
Orangtua yang kaku sering kali kesulitan menoleransi segala sesuatu mulai dari cara guru anak mengajar, sikap nenek atau kakeknya, maupun perilaku teman anaknya.
Padahal sebenarnya anak perlu juga bergaul dengan orang dewasa lain yang memiliki aturan dan jenis disiplin berbeda.
Punya banyak aturan dan larangan
Kita memiliki banyak aturan dan larangan untuk anak sehingga tanpa sadar membatasi ruang geraknya.
Sebaliknya, orangtua perlu menetapkan aturan sederhana tapi penting yang mudah diterapkan anak.
Anak yang memiliki orangtua kaku biasanya menjalankan aktivitas padat dengan sedikit waktu senggang.
Agenda bermanfaat dan terjadwal memang baik untuk anak tapi mereka juga perlu memiliki waktu luang.
Mengatur agar anak tidak perlu mengalami konsekuensi tertentu
Orangtua yang tegas sering kali berusaha keras mencegah anaknya melakukan kesalahan.
Padahal mereka sering kali mampu belajar dari kesalahan saat menghadapi konsekuensi yang wajar.
Sering mengomel
Kebiasaan mengomel membuat anak tidak terbiasa bertanggung jawab atas perilaku mereka.
Mereka melakukan segalanya berdasarkan omelan kita sehingga tidak akan belajar melakukan hal-hal itu sendiri.
Kita memberikan perintah pada anak terhadap semua hal termasuk cara mereka duduk, bocara, dll.
Kecenderungan ini menunjukkan sikap otoriter yang akan membuat anak berusaha mengabaikan kita.
Batasi perintah kita hanya pada hal yang paling penting agar anak paham inti tujuannya.
Tidak memberikan pilihan
Orangtua yang kaku dan mengekang sering kali memaksakan perintah pada anak, bukannya memberikan pilihan atau menanyakan pendapat mereka.
Memberi anak-anak sedikit kebebasan, terutama ketika kedua pilihan itu baik, bisa sangat membantu dalam membangun disiplin.
Tidak membebaskan anak
Orangtua yang terlalu tegas memaksa anak melakukan segala sesuatu dengan caranya.
Padahal ada kalanya anak-anak tidak membutuhkan bimbingan orang dewasa sehingga penting untuk memberikan fleksibilitas dan kreativitas.
Mengutamakan hasil daripada usaha
Orangtua yang kaku biasanya tidak memberikan banyak pujian.
Mereka menyimpan afirmasinyauntuk kesempurnaan hasil, bukan usaha.
Misalnya menuntut anak mendapatkan nilai 100 saat ujian, bukannya fokus pada upaya mereka untuk giat belajar.
Memberikan ancaman berlebihan
Ancaman sering kali dipakai oleh orangtua yang terlalu kolot, khususnya yang sifatnya berlebihan.
Misalnya, mengancam membuang semua mainannya jika anak tidak membereskan kamar.
Hindari membuat ancaman yang tidak siap kita tindak lanjuti dan pastikan konsekuensinya adalah mendisiplinkan, bukan menghukum.
Orangtua yang kaku sering kali mengubah setiap aktivitas menjadi semacam kewajiban.
Anak-anak tidak bisa mewarnai gambar tanpa ditanyai tentang warnanya, atau mereka tidak bisa bermain dengan rumah boneka kecuali mereka selalu diingatkan tentang penempatan furnitur yang tepat.
Bermain itu sendiri memberikan kesempatan untuk berimajinasi dan berkreasi serta dapat menjadi pelarian dari struktur dan rutinitas norma
https://lifestyle.kompas.com/read/2023/11/20/181100320/15-tanda-orangtua-yang-terlalu-kaku-dan-mengekang