Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Hardiness" dan "Resilience": Sumber Daya Jadi Pribadi Tangguh

Buah strawberry memiliki bentuk dan warna merah menarik, tetapi lembek saat ditekan.

Perhatian pada karakteristik generasi strawberry sebenarnya menunjukkan bahwa banyak orang melihat penting untuk menjadi pribadi yang tangguh.

Jika generasi strawberry disematkan pada para pekerja dari generasi muda saat ini, maka sebenarnya ada harapan dan tuntutan agar para pekerja muda tersebut memiliki karakteristik pribadi yang tangguh dalam menghadapi tekanan pekerjaan.

Dari berbagai konsep psikologi, paling tidak ada dua konsep yang terkait dengan pribadi tangguh, yaitu “hardiness” dan “resilience”.

Jika diterjemahkan menggunakan google translate, “hardiness” dapat dimaknai sebagai daya tahan; sedangkan “resilience” diartikan sebagai daya lenting/daya ungkit.

Berdasarkan terjemahan sederhana ini, maka seseorang akan disebut pribadi tangguh jika mereka memiliki daya tahan dan daya lenting.

Tulisan ini hendak menggambarkan seperti apa daya tahan dan daya lenting yang merupakan sumber daya untuk menjadi pribadi tangguh.

Pemaknaan akan istilah “hardiness” dan “resilience” dalam diskusi bersama mahasiswa sering campur aduk dan tumpang tindih. Tidak jarang kedua istilah ini dimaknai sebagai sesuatu yang sama.

Padahal walaupun maknanya beririsan, kedua konsep ini punya sisi pemaknaan yang berbeda.

Salvatore R. Maddi (2013) memaparkan bahwa “hardiness” adalah kemampuan seseorang untuk tidak “jatuh” terpuruk dan sakit saat berada dalam tekanan.

Jika dianalogikan diri kita sebagai tanaman, dan tekanan sebagai angin, maka “hardiness” terkait dengan seberapa besar daya tahan yang dimiliki tanaman untuk tidak tumbang dan rubuh saat diterpa angin.

Pribadi tangguh adalah pribadi yang memiliki daya tahan yang baik. Orang semacam ini tidak mudah tumbang, jatuh sakit, atau terpuruk saat mengalami tekanan, seberapapun besarnya tekanan itu menerpa.

Sebaliknya, seseorang dengan daya tahan lemah akan mudah jatuh sakit dan terpuruk saat diterpa tekanan, bahkan jika tekanan itu kecil.

Daya tahan atau “hardiness” memiliki tiga komponen, yaitu komitmen, kontrol, dan tantangan. Komitmen merujuk pada kemampuan seseorang untuk tetap setia dan fokus pada usaha penyelesaian tugas atau pencapaian tujuan, seberapapun besarnya tantangan yang ada.

Kontrol merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengendalikan lingkungan dan situasi di sekitarnya, seberapapun tidak pasti situasinya atau seberapapun mengancam lingkungannya.

Tantangan merujuk pada kemampuan seseorang untuk melihat tekanan, tuntutan, dan cobaan sebagai tantangan yang dapat menumbuhkan kualitas diri sendiri.

Keberadaan tiga komponen ini menunjukkan seberapa besar daya tahan yang dimiliki seseorang dalam menghadapi tekanan.

“Resilience” berbeda dari “hardiness”. “Resilience” atau daya lenting adalah kemampuan seseorang untuk bangkit dari keterpurukan. Daya lenting dimaknasi sebagai daya ungkit atau kemampuan untuk bangkit Kembali.

Oleh karena itu, istilah “resilience” banyak digunakan untuk menggambarkan ketangguhan seseorang dalam peristiwa bencana, kedukaan, atau situasi-situasi buruk lainnya yang tidak terjadi lagi saat ini.

Pribadi tangguh adalah pribadi yang mampu bangkit kembali setelah jatuh terpuruk. Seseorang yang tangguh tidak akan terus terpuruk, atau bahkan hanya meratapi kejatuhan mereka, tetapi dengan sigap mampu bangkit dan berusaha kembali.

Menurut Yu dan Zhang (2007), daya lenting memiliki tiga aspek, yaitu kegigihan, kekuatan, dan optimisme.

Kegigihan terkait dengan kemampuan untuk tetap tekun, membuat ketetapan waktu, dan ketenangan hati dalam usaha membangun kembali sesuatu yang telah hancur, hilang, atau rusak.

Kekuatan merujuk kemampuan untuk memperoleh kembali semangat dan energi, yang mungkin sempat hilang atau berkurang.

Sedangkan optimisme merujuk pada kemampuan untuk membangun harapan dan keyakinan positif yang baru, bahwa masalah akan berlalu dan masa depan bisa “cerah” kembali.

Pemahaman tentang “hardiness” dan “resilience” menunjukkan bahwa orang yang tangguh adalah orang yang tidak mudah tumbang dan terpuruk saat diterpa tekanan. Kalaupun terlanjur terpuruk akan mampu bangkit kembali.

Karakteristik semacam ini tidak hanya dibutuhkan oleh generasi strawberry, setiap orang dari berbagai generasi memerlukan karaktersitik semacam ini.

Tekanan dan bencana bisa terjadi pada setiap orang, sehingga setiap orang perlu menjadi pribadi yang tangguh.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/12/08/113038720/hardiness-dan-resilience-sumber-daya-jadi-pribadi-tangguh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke