Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Robohnya Pendidikan Humanis

Kompas.com - 23/01/2010, 10:51 WIB

Bahkan, lebih sadis lagi, ketika tugas atau pekerjaan rumah para siswa hanya menjadi rutinitas. Guru tidak mempunyai perhatian khusus untuk melihat, mengoreksi, dan memberikan feedback. Bahkan, kebanyakan guru hanya mengandalkan subyektivitas belaka. Tamat sudah proses pendidikan yang humanis untuk membantu anak didik berkembang dalam sebuah penghargaan dan harapan ke depan.

Memang harus diakui bahwa tidak mudah menjadi pendidik yang sungguh-sungguh mendampingi anak didik. Setiap malam guru harus menghabiskan waktu untuk membaca tugas, jurnal, bahkan refleksi anak-anak.

Keteladanan mesti dikedepankan dalam proses mendidik. Cara guru menghargai dan mendampingi anak didik menjadi sebuah aura dan spirit tersendiri pada anak-anak untuk semangat belajar dan mengembangkan diri. Sepertinya masih lumayan, jika yang terjadi "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" di mana ketika guru memberi contoh yang buruk maka akan berimbas lebih buruk lagi pada murid karena murid mencontoh dari guru. Akan tetapi, bisa saja terjadi "guru kencing berdiri, murid mengencingi guru". Jika hal itu terjadi, justru itu tamparan maut bagi dunia pendidikan karena anak didik merasa muak dengan mentalitas dan kualitas pendidik dan pendidikan.

Pendidikan humanis dengan berusaha meninggalkan proses pembelajaran yang hanya menekankan masalah angka adalah sebuah kebutuhan masa kini. Angka-angka itu menjadi tanda kesewenang-wenangan dalam menghakimi proses pembelajaran anak didik. Anak-anak membutuhkan alasan atas penandaan itu karena dari alasan itulah mereka dapat belajar, yakni memperbaiki yang masih kurang dan meningkatkan yang sudah baik.

Sebuah pertanyaan besar, sudah biasakah mata para guru untuk membaca dan tangan mereka untuk menulis? Bukan membaca sekilas, mengingat wajah anaknya, lalu menuliskan skornya. Akan tetapi, membaca kata per kata dan menuliskan feedback atas semua itu. Ini tidak mudah namun harus dilakukan karena jangan sampai "anak-anak mengencingi para guru". FX ARIS WAHYU PRASETYO Pendidik di SMA Kolese Loyola Semarang

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com