Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembelit Jangan Dianggap Remeh

Kompas.com - 10/06/2010, 08:04 WIB

Konstipasi dapat pula ditengarai dari bentuk kotoran, antara lain bergumpal-gumpal kecil atau terlalu cair. Apalagi, seseorang harus menunggu lama atau harus mengejan untuk mengeluarkan tinja.

Dua jenis konstipasi Konstipasi dibagi menjadi konstipasi primer dan sekunder. Konstipasi primer merupakan konstipasi fungsional yakni tidak ditemukan kelainan organik maupun biokimiawi di dalam tubuh setelah pemeriksaan saksama.

Adapun konstipasi sekunder merupakan konstipasi yang disebabkan penyakit lain, seperti kencing manis, hipotiroid, dan kanker usus besar. Jika usia seseorang berkisar 20–40 tahun, mengalami konstipasi sekunder, dan terdapat kelainan dalam pemeriksaan colok dubur, dokter akan memeriksa lebih lanjut.

”Untuk kasus demikian, penanganan tidak sekadar menghilangkan gejala konstipasinya, tetapi juga penyakit penyebabnya,” ujar Ari.

Dia mengatakan, penanganan konstipasi dimulai dengan perubahan gaya hidup selama 2–4 minggu. Rekomendasi yang diberikan, antara lain, adalah menambah masukan serat. Konsumsi serat masih menjadi masalah di Indonesia. Jumlah serat yang disarankan 25 gram. Namun, berdasarkan penelitian Kementerian Kesehatan, konsumsi serat masyarakat Indonesia di sejumlah kota masih 12,5 gram atau separuh dari rekomendasi.

Serat yang disarankan ialah yang diperoleh dengan diet berimbang sayur dan buah 50–60 persen, protein 30 persen, dan lemak 20–30 persen. Konsumsi air disarankan memadai, yakni 30–60 cc per jam dan olahraga yang cukup. Serat bersifat menahan air sehingga bermanfaat untuk melembabkan, melunakkan, dan memberikan berat pada feses.

Penggunaan obat pencahar diperbolehkan dan sedapat mungkin tidak dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Obat laksatif bekerja dengan cara membuat kotoran menggumpal atau merangsang usus bergerak. Ari mengatakan, dalam konsensus terakhir, dua obat pencahar, yakni anthraquinone dan tegaserod sudah ditarik karena ada efek samping. Obat anthraquinone merusak dinding usus dan tegaserod berefek ke jantung.

Belakangan, bakteri probiotik menjadi salah satu alternatif menangani konstipasi. Probiotik merupakan bakteri hidup yang ditambahkan pada makanan dan mempunyai efek menguntungkan dengan meningkatkan kesehatan flora usus. Tingkat efektivitas tergantung galur (strain) bakteri tersebut.

Beberapa jenis probiotik, antara lain Bifidobacterium animalis lactis, Bifidobacterium bifidus, Bifidobacterium brevis, Bifidobacterium infantis, Lactobacillus acidophilus, dan Lactobacillus rhamnosus. Makanan yang difortifikasi dengan probiotik, antara lain, adalah produk susu seperti yogurt.

Jadi jelas sudah, kita tidak boleh main-main dengan konstipasi. Jika berbagai cara penanggulangan konstipasi primer tidak berhasil, diperlukan pembedahan usus. Namun, agar tidak dipusingkan dengan konstipasi tentu lebih baik mencegahnya sedari dini dan menjaga kondisi pencernaan baik-baik.

Seorang dokter ternama, Sir Arthur Hurst (1879–1944), terkenal dengan kata-katanya, ”Tidak ada organ di seluruh tubuh kita yang sangat disalahpahami, dijadikan kambing hitam, dan diperlakukan secara semena-semena seperti halnya usus besar”. Kasus sembelit sepertinya membuktikan ungkapan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com