Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penulis Freelance Harus Tetap Disiplin Waktu

Kompas.com - 12/07/2010, 14:13 WIB

KOMPAS.com - Penulis Sitta Karina Rachmidiharja (29) memilih mengangkat tema-tema remaja dalam semua novelnya karena, menurut dia, masa remaja adalah masa-masa paling sulit dalam kehidupan manusia.

"Selain indah dan penuh warna, masa remaja itu paling sulit. Ada yang berhasil melewatinya, ada yang tidak," tutur cucu penulis Mara Karma ini.

Sitta mengaku, ide menulis bisa datang dari mana saja. Misalnya, ide cerita untuk menulis kisah mengenai Klan Hanafiah dalam Lukisan Hujan dan lima novel lainnya yang saling berkaitan, ia ambil dari kehidupan keluarga besarnya sendiri.

"Cerita itu berkisah tentang kehidupan keluarga sosialita yang tidak selalu gemerlap seperti dilihat orang dari luar," ungkap ibu dua anak ini.

Begitu banyaknya ide itu berdatangan, Sitta mengaku bisa menulis beberapa novel sekaligus pada saat bersamaan. Saat ini saja ia sedang menulis lima novel secara simultan. "Caranya harus disiplin. Setiap datang ide untuk menulis sebuah novel harus segera ditulis outline-nya pada satu halaman di Microsoft Word. Setelah itu saya tinggal mengembangkan setiap outline," kata Sitta, yang menulis di rumah dan harus selalu berhenti setiap dua jam untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak keduanya yang baru lahir.

Latar belakang keluarga, tempat tinggal, dan pengalaman masa kecil juga menjadi sumber ide cerita bagi Ratih Kumala (29). Sebagai anak berdarah Betawi dan tinggal di kampung Betawi sejak kecil, Ratih memang sangat akrab dengan berbagai pernik budaya Betawi.

"Saya besar di Pondok Gede, tetanggaan sama (seniman Betawi) Bokir. Hampir setiap sore saya dan teman-teman ke rumah Bokir untuk lihat latihan tari," tutur Ratih, yang sudah menelurkan tiga novel dan satu kumpulan cerpen itu.

Latar belakang itulah yang mendorong Ratih menulis novel Kronik Betawi (Gramedia Pustaka Utama, 2009). Ratih memiliki misi untuk meluruskan stereotip orang Betawi yang sudah tertanam di pikiran orang kebanyakan.

"Saya ingin menunjukkan, orang Betawi itu bisa beradaptasi dengan segala perubahan yang mereka hadapi," ujarnya.

Tetap disiplin
Meski bekerja di rumah, Clara Ng (37) tetap berdisiplin diri menerapkan jam kerja. Ia baru mulai menulis setelah mengantar kedua anaknya ke sekolah. Pekerjaan itu berhenti ketika dua anaknya pulang dari sekolah, sekitar pukul 12.00, karena Clara harus menjemput anak-anaknya dan kembali sibuk mengurus mereka.

Di rumah, Clara menyediakan satu ruangan khusus untuk tempat kerjanya. Ruangan itu cukup besar sehingga Clara bisa meletakkan satu meja tulis besar untuk menaruh komputer dan sofa panjang. Salah satu dinding ruangan itu tertutup oleh rak buku yang penuh dengan koleksi bacaan Clara, suami, dan anak-anaknya.

Clara mengaku, ide menulis bisa datang kapan saja, termasuk tengah malam. Namun, ketika sudah waktunya ia dan anak-anak tidur pada malam hari, Clara mencoba menghentikan gagasan-gagasan yang terus mengalir di kepalanya, lalu beristirahat. "Dengan cara itu, saya menjaga kebugaran badan dan otak saya," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com