Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Threes Emir
Penulis buku

Penulis Buku & Pengajar Etiket

Saran untuk Ibu Menteri Luar Negeri yang Sering Pakai Bandana

Kompas.com - 30/05/2016, 12:54 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Syafrina Syaaf

Membaca koran Kompas hari Sabtu, 21 Mei 2016 silam, di mana Ibu Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan bahwa ia memiliki beberapa koleksi bandana. Saya pun jadi tergerak untuk memberikan masukan kepadanya.

Ada baiknya saya memperkenalkan (sedikit) siapa saya? Pada tahun 1977, saya mengawali karier di bidang jurnalistik dan mengakhirinya di tahun 1996, sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Mode, sebuah majalah remaja yang menjadi trend-setter pada masanya.

Setelah meletakkan jabatan, saya mulai menulis buku, sampai dengan saat ini. Lebih kurang 40 judul buku yang saya tulis dengan ragam topik.

Namun, lebih banyak yang mengenal saya sebagai seorang novelis.

Di luar kesibukan sebagai penulis, saya sering mengajar etiket mengenai berbusana sesuai kesempatan dan table manners.

Kegiatan itu berawal ketika saya bergabung dalam kursus kepribadian milik Samuel Wattimena pada tahun 2002.

Dalam perjalanan mengajar itu (di sejumlah kelas dengan audiens yang berbeda), saya menyimpulkan bahwa rata-rata perempuan Indonesia memiliki keingintahuan yang tinggi akan hal-hal yang dapat menambah pengetahuan mereka tentang penampilan.

Singkatnya, mereka tidak ingin disebut norak atau kuper. Ada juga ketakutan dicap saltum (salah kostum).

Sementara para laki-laki masih agak cuek terhadap penampilan dan lebih tertarik pada bagaimana menjadi tidak kikuk dalam pergaulan (cara berbicara, berinteraksi, mengutarakan pendapat, menghadapi masalah, dan lain-lain).

Nah, khusus masalah penampilan (perempuan), ada tiga hal utama yang patut diperhatikan, yaitu busana, tata rambut, dan sikap tubuh.

Mengapa soal busana penting? Tentu karena itulah yang pertama terlihat.

Pedoman utamanya, berbusanalah sesuai dengan kesempatan. Ini tidak begitu sulit diikuti, terutama karena kita memiliki batik dan tenun yang selalu akan sesuai untuk acara apa saja (pagi, siang, petang, malam).

Anda hanya perlu perhatikan kedua bahan itu akan dipakai sebagai apa, blus atau atasan untuk acara pagi-siang hari, gaun untuk acara sore dan dipakai sebagai bawahan atau sarung untuk acara malam hari.

Perhatikan juga bentuk tubuh dan berat tubuh, para perempuan yang bertubuh tinggi langsing, tentu pilihan busananya jauh lebih banyak dan bervariasi, dibanding mereka yang bertubuh pendek dan gemuk.

Untuk penataan rambut, kadang lebih rumit karena tekstur dan ketebalan rambut amat memengaruhi tatanan. Jadi, yang paling aman adalah memotong rambut sesuai dengan tingkat kesibukan atau kegiatan kita.

Saya selalu menganjurkan untuk memotong pendek (sampai dengan sebahu) bila Anda memiliki kegiatan dari pagi sampai sore. Alasan saya, menata rambut pendek lebih mudah, lebih tidak memerlukan waktu panjang.

Rambut panjang (melebihi bahu) memerlukan penataan yang lebih rumit. Perlu di-blow supaya tampak rapi, bahkan mungkin dipakaikan rol rambut sebelum ditata. Lalu, rambut panjang cenderung cepat berubah (dari penataan aslinya di pagi hari) setelah tiga-empat jam kemudian.

Saya sering risih melihat pejabat perempuan (bahkan Ibu Menteri) yang membiarkan rambutnya terurai panjang.

Mengapa tidak ditata french-twist atau ditekuk menjadi konde kecil di tengkuk? Selain lebih rapi, juga 'meningkatkan' wibawa dibanding tampilan dengan rambut terurai.

Nah, kembali ke bandana Ibu Menlu, saya ada beberapa catatan, seperti terurai berikut ini:

Pertama, jika alasannya agar rambut tidak acak-acakan terkena angin, ada hair-spray sebagai jalan keluar. Pilih yang kuat supaya rambut tetap pada tatanan.

Kedua, bandana kurang cocok untuk perempuan berwajah bulat, lebih pas dikenakan mereka yang berwajah oval/lonjong karena bandana cenderung "mempertajam" bentuk wajah. Oleh karena itu, yang sudah bulat akan tampak makin bulat.

Ketiga, kalau tetap ingin memakai sesuatu untuk menahan rambut tertiup angin, pilih bando kecil dengan warna hitam atau coklat. Sebab, rasanya, menteri kurang pas mengenakan bando warna-warni.

Sebetulnya, masalah rambut dan penataannya selalu menjadi masalah utama bagi kebanyakan perempuan, terutama yang memiliki rambut kurang lebat.

Semoga tips di bawah ini amat berguna:

1. Potong pendek (di atas tengkuk).

2. Tata dengan sedikit sasakan untuk kesan menambah volume rambut.

3. Semprot dengan hairspray agar tatanan bertahan cukup lama.

4. Jangan abaikan perawatan (memakai tonik setelah sampo, memberi vitamin, melakukan creambath), karena setiap rambut membutuhkan perawatan.

Semoga Ibu Menlu mengganti bandananya dengan bando kecil atau minta disisir dengan sedikit sasakan (bagian depan agak berponi untuk mengurangi kesan bulat) dan jangan lupa hairspray.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com