KOMPAS.com - 672.768.000. Itu adalah jumlah rata-rata tarikan nafas yang akan kita lakukan seumur hidup bila mencapai usia 80 tahun.
Dan untuk sesuatu yang dilakukan sesering itu, kita sebaiknya melakukannya dengan benar.
Manusia dirancang untuk bernafas melalui hidung, namun banyak darik ita malah bernafas melalui mulut.
Hal ini menimbulkan berbagai masalah kesehatan dari alergi rhinitis sampai sleep apnea atau gangguan pernafasan saat tidur.
Menurut Dr. Lewis Ehrlich, hidung merupakan jalur pertahanan utama untuk melawan bakteri dan racun di udara yang Anda hirup.
"Di dalam saluran hidung ada banyak mekanisme penyaringan yang berperan. Bila kita memanfaatkan ini, kita bisa menghangatkan, menyaring dan melembabkan udara yang kita hirup. Ini mengurangi kemungkinan alergi, demam, pembesaran amandel dan masalah pernapasan kronis lainnya,” jelasnya.
Baca juga: Meredakan Sesak Napas agar Tidak Bertambah Buruk
Tubuh kita bergantung pada amandel sebagai "garis pertahanan terakhir."
Ini bisa memperbesarnya, meningkatkan kemungkinan infeksi dan menyebabkan kesulitan bernafas di malam hari. Tentu ini bukanlah hal bagus.
Selain itu, bernapas melalui hidung merangsang produksi oksida nitrat, sebuah pengatur untuk membantu menurunkan tekanan darah.
Oksida nitrat juga bekerja membunuh bakteri dan menjaga sinus tidak terkena infeksi.
“Bernafas lewat mulut cenderung kehilangan manfaat ini dan pada umumnya akan merasakan adanya kemacetan di sinus dan memiliki infeksi yang lebih sering,” tambah Ehrlich.
Baca juga: Sesak Napas, Penyebab, Gejala, dan Tips Pengobatannya
Sedangkan dengan pernapasan melalui hidung, berarti kita akan ...
1. Berdiri lebih tinggi
Postur tubuh akan terpengaruh bila kita bernafas lewat mulut. Mereka yang bernafas dengan mulut umumnya memajukan mukanya lebih ke depan sehingga akan terjadi ketegangan otot di sekitar leher, kepala dan rahang, dan membuat tubuh tidak tegak sepenuhnya.