Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/09/2017, 05:40 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com – Berlari sudah menjadi gaya hidup bagi banyak orang. Mulai dari yang sekedar jogging di sekitar rumah, penggembira pada acara-acara lari 5K, hingga yang lebih serius seperti trail running.

Biasanya mereka yang sudah mencoba mengikuti acara lari akan ketagihan untuk mengumpulkan medali dan ikut acara lainnya. Lama-lama jarak yang ditempuh pun semakin meningkat. Dan menurut beberapa pelari, puncak pembuktian apakah seseorang benar-benar pelari atau bukan adalah marathon sejauh 42 kilometer.

Meski banyak orang mulai mencobanya, namun lari marathon termasuk olahraga yang cukup ekstrim untuk dilakukan. Selama lari marathon, Anda setidaknya akan melangkah sekitar 30 ribu langkah. Di setiap langkah ini, kaki Anda akan menahan beban 1,-5 sampai 3 kali lebih berat dari pada bobot tubuh normal.

Inilah mengapa Anda harus benar-benar mempersiapkan fisik juga mental sebelum berpikir untuk ikut marathon. Karena jika hanya bermodal nekat dan sepatu lari, ada banyak risiko kesehatan yang mungkin Anda hadapi selama berlari dan setelahnya.

Baca juga: Bagaimana Menambah Jarak Lari Anda?

Pelari marathon perlu memiliki kapasitas paru-paru dan jantung yang optimal untuk mengambil dan menghembuskan oksigen, sekaligus untuk membantu mempercepat penyerapan asam laktat (produk sampingan yang dibuat oleh otot-otot Anda) ke dalam aliran darah agar dapat dibuang dari tubuh Anda.

Akumulasi asam laktat adalah sisa metabolisme pembakaran oksigen untuk energi tubuh. Semakin besar kadar asam laktat pada darah, semakin besar pula energi yang dihasilkan dari metabolisme tubuh untuk digunakan dalam berlari.

Namun yang terjadi pada umumnya justru sebaliknya, terutama bagi pelari pemula. Kadang, energi tubuh yang dimiliki tak sebanding dengan seberapa baik dan seberapa cepat metabolisme tubuh bekerja.

Begini bayangannya: Lari terus menerus selama lima menit per 1,6 kilometer dalam marathon akan membutuhkan suplai energi hingga 15 kali lipat dari kondisi normal Anda biasanya. Suplai energi ini pun harus tersedia selama lebih dari dua jam, waktu rata-rata yang dihabiskan untuk marathon dari garis start sampai finish. Namun demikian, kebanyakan pelari marathon pemula membutuhkan waktu hingga 4 jam untuk bisa menembus garis finish.

Itu artinya, Anda harus bisa menjaga peningkatan metabolisme tersebut sampai 10 kali lipat dari kondisi normal. Tubuh Anda perlu berada dalam kondisi super prima untuk bisa melakukan metabolisme semacam itu.

Jika tidak, penumpukan asam laktat yang tidak diimbangi dengan kerja metabolisme tubuh untuk memecahnya justru dapat berbalik menjadi senjata makan tuan untuk Anda.

Sakit lutut saat berlarilzf Sakit lutut saat berlari
Ketika cairan tubuh terlalu asam akibat penyimpanan dan produksi asam terlalu banyak, disebut asidosis, hal ini akan menyebabkan Anda cepat merasa linglung, kebingungan, kesulitan bernapas, jantung berdebar, kelelahan, dan sakit kepala selama di trek lari.

Tanpa penanganan yang tepat, asidosis dapat terjadi dalam waktu yang lama dan dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti batu ginjal, gangguan ginjal kronis, gagal ginjal, hingga gangguan kesehatan tulang.

Gen khusus

Selain harus punya fisik yang prima, ternyata kemampuan seseorang untuk sanggup menyelesaikan marathon juga sedikit banyak ditentukan oleh faktor genetik. Penelitian dari Spanyol menemukan bahwa orang-orang yang sanggup melewati garis finish marathon, memiliki gen otot khusus yang membuatnya bisa berlari jarak panjang dengan lebih mudah.

Kelompok orang yang mempunyai gen khusus ini dilaporkan tidak mengalami cedera otot ataupun gangguan fungsi tubuh selama maraton berlangsung. Selain itu, kondisi ginjal dan jantungnya juga baik-baik saja.

Baca juga: Tips Menjaga Stamina Saat Lari Jarak Jauh

Sementara itu, orang yang tidak “dianugerahi” gen spesial ini cenderung mengalami masalah dan gangguan kesehatan yang lebih banyak selama di trek maraton. Mereka mengalami kram otot, cedera otot, bahkan hingga kerusakan ginjal – terbukti dari hasil tes darah yang dilakukan.

Para pelari berlatih untuk memecahkan rekor marathon di bawah 2 jam dalam inisiatif Breaking2Mark McCambridge Para pelari berlatih untuk memecahkan rekor marathon di bawah 2 jam dalam inisiatif Breaking2
Meski fisik tubuh dan genetik sangat memengaruhi kemampuan seseorang berlari, tapi bukan berarti Anda tidak bisa berpartisipasi karena tak memiliki kedua hal tersebut. Yang paling penting adalah bagaimana Anda dapat mempersiapkan diri sematang mungkin untuk menghadapi tantangan itu.

Ada beberapa macam jenis tes dan latihan kecil yang harus bisa dilewati untuk menentukan apakah seseorang bisa mulai lari marathon. Pertama, mulai dari yang kecil. Anda harus bisa berlari penuh selama 20 menit. Anda bisa memulainya dari berjalan dan jogging sekitar 6 menit. Jika tidak berhasil berlari penuh dan konstan selama 20 menit, inilah hal pertama yang perlu Anda capai.

Jika Anda sudah berhasil, Anda bisa memulai lari di trek 10 kilometer dan berjenjang hingga setengah marathon, sekitar 21 kilometer. Jika sudah berhasil finish lari 21 kilometer, Anda masih harus terus latihan sampai mendapatkan catatan waktu yang cukup baik. Jika belum berhasil finish di lintasan setengah marathon, belum saatnya bagi Anda untuk mulai marathon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com