Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yungyung, Desainer Aksesoris Indonesia yang Mendunia...

Kompas.com, 24 November 2017, 06:30 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rinaldy ramah menyapa kami yang baru sepuluh menit menunggu di galerinya.

Dengan pakaian khas serba hitam —dari topi hingga sepatu, desainer aksesoris ini mempersilakan kami menaiki tangga lebih dulu, untuk menuju ruang kerjanya di lantai dua.

Sederhana, untuk sekadar menghormati tamu, katanya sembari melempar senyuman.

Setelah mempersilakan duduk, Yungyung sapaan akrab Rinaldy A. Yunardi, langsung mengawali cerita perjalanan hidupnya sejak kecil.

Cerita itu meluncur saat dia dipancing dengan kalimat pembuka mengenai tujuan kami untuk mengetahui lebih dalam tentang pria kelahiran Medan 47 tahun silam ini.

Yungyung kecil ternyata tak pernah bersentuhan dengan dunia busana dan bercita-cita menjadi desainer.

Baca juga : Kolaborasi 3 Desainer dalam Meramu Perbedaan

Bahkan, soal menggambar dan desain pun, asing baginya.

Pernah sekali menggambar dan dipajang di mading sekolah: Dua gambar gunung, lengkap dengan sawah dan pohon kelapa.

Lulus dari seragam putih abu-abu, Yungyung mantap memilih tak melanjutkan ke jenjang kuliah.

Dia merasa jalur kuliah bukan pilihan baik saat itu, karena dia didorong mengikuti jejak sang kakak tertua di dunia elektronik.

Beruntung, pilihan anak bontot dari tiga bersaudara ini didukung keluarga—yang akhirnya mencemplungkannya ke dunia kerja.

Namun lagi-lagi bukan busana, melainkan marketing di sebuah perusahaan ban.

Jenuh, dan dengan berat hati Yungyung remaja melewati hari-hari di balik meja kantor.

Berbagai posisi pernah dicoba, mulai dari urusan kreditur-debitur, pajak, dan kembali lagi ke marketing.

Semua dilalui tanpa gairah.

“Saya dulu bekerja nine to five.  Enggak pikir bekerja overtime di rumah, karena saya enggak mencintai pekerjaan itu,” kata peraih tiga piala di ajang lomba desain bergengsi tingkat dunia World of WeareableArt (WOW) kepada Kompas Lifestyle, di Jakarta Utara, Kamis (23/11/2017).

Akhirnya, Yungyung bertemu dengan desainer gaun pengantin sekitar tahun 90-an, Kim Thong.

Kala itu, dia langsung disebut tak cocok bekerja di perusahaan ban tersebut; dan ‘dibajak’ untuk menjadi marketing Thong menjual tiara, sejenis mahkota, yang merupakan barang impor.

Yungyung memasarkan tiara dari satu desainer ke desainer lain.

Di masa itu, Yungyung sedikit berkenalan dengan desainer seperti Sebastian Gunawan hingga Susan Budihardjo.

Kendati demikain, Yungyung tak bertahan lama. Enam bulan setelah itu, dia keluar.

“Karena desainer masih dikit dan orang belum pecaya sama desainer Indonesia."

"Kemudian tiara bisa dikenakan hingga 30 kali kalau enggak rusak, apalagi harganya tinggi. Dengan alasan itu, saya keluar,” kata dia.

Yungyung pun kembali berkutat di dunia balik kantor, mengurus pembukuan keuangan perusahaan sang kakak.

Siapa sangka, dari situ Yungyung pertama kali menemukan jati dirinya sebagai perancang.

Penemuan itu sama sekali tak disengaja, bahkan terjadi seperti sudah digariskan Tuhan, kata dia.

Berawal saat dia berjalan-jalan di kantor, dan menemukan mesin potong dan papan akrilik.

Rasa penasarannya menuntun untuk mencoba menggunakan alat tersebut.

“Pas saya potong, kok jadi begini, teringat saya dengan ukiran tiara itu,” kata dia.

Hasrat Rinaldy kian meningkat. Dia pun mencoba untuk mendesain tiara. Bereksperimen dengan bahan akrilik berukuran tebal dan tipis, jarum, kristal, benang.

Tiara pertamanya pun jadi. “Simpel, ringan dan kalau dilempar ke bawah pasti hancur, karena hanya pakai lem kayu,” kenangnya sambil tertawa.

Namun, karena kepercayaan diri Yungyung tinggi, karyanya diterima dengan baik oleh desainer-desainer kenaamaan dulu, salah satunya Sebastian Gunawan.

Sejak itu, karya aksesorisnya mulai dikenakan para desainer-desainer Indonesia.

Yungyung yang merasa menemukan jati dirinya mulai merekrut orang untuk membantu mengerjakan karyanya.

Dia perlahan mengerjakan semua di rumah. Untuk soal pemasaran, dia melakukan sendiri, pontang-panting naik ojek, bajaj, dan taksi.

Hingga akhirnya, Rinaldy masuk ke dunia profesional desainer—khususnya aksesoris, karena diajak oleh para kolega desainernya.

Semua dilakukan dengan modal nekat, karena dia tak pernah menginjakan kaki ke sekolah desainer. Dia belajar dari para profesional desainer kala itu.

“Muncullah dari situ Rinaldy A Yunardi sebagai desainer aksesoris di setiap peragaan Sebastian Gunawan, Didi Budiardjo—nama Rinaldy terus dikumandangkan,” katanya. (Bersambung...)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau