KOMPAS.com - Pertambahan usia merupakan hal yang mutlak tak bisa dihindari.
Namun, dampak penuaan pada kulit, masih mungkin "tertolong" dengan pemahaman tentang kulit, dan langkah antisipasi yang tepat.
Dokter Ariana Suryadewi Soejanto, M.Biomed -Dokter Pemerhati Kesehatan Kulit Biomedik Kekhususan Anti-Aging, memaparkan pandangan mengenai perawatan tersebut.
"Yang harus dilakukan adalah mencegah sebelum tua. Artinya, langkah-langkah harus dilakukan sebelum munculnya gejala anti-aging," ungkap Ariana.
Ariana hadir menjadi salah satu narasumber dalam acara peluncuran Natur-E Advanced, Anti-Aging Face Series, di Kemang, Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Dalam kesempatan itu dia mengatakan, hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami struktur/lapisan kulit.
"Penuaan terjadi secara general, semua organ mengalami, cuma yang paling bisa kita lihat kulit. Kulit itu organ juga," ungkapnya.
Ariana mengungkapkan, lapisan kulit dibagi dalam tiga bagian, yakni epidermis, dermis, dan hipodermis.
Epidermis adalah lapisan kulit paling luar. "Lapisan ini bisa keliatan, kulit kusam atau cerah," kata Ariana.
Sementara, Dermis adalah lapisan di bawah Epidermis, yang di dalamnya ada struktur kalogen dan elastin.
"Ini adalah serat yang menyokong kulit, kayak pondasi kulit," kata dia.
Ketika lapisan ini bermasalah, maka akan muncul keriput dan kerutan pada lapisan epidermis.
Baca juga: Rahasia Kulit Cantik dan Sehat Maudy Koesnaedi di Usia 43 Tahun
Lalu, Hipodermis lapisan paling dasar pada kulit. Hipodermis ini merupakan lapisan kulit lemak atau jaringan ikat yang merupakan "rumah" dari kelenjar keringat dan lemak, dan juga sel-sel kolagen.
Nah, di dalam jaringan ikat itu ada fibroblas, yang "bertugas" memproduksi kolagen dan elastin di lapisan dermis.