Noor ul Amin, seorang warga setempat yang bekerja sebagai network design manager di Kota Whitehorse, mengaku menjalani puasa mulai pukul 3.30 dinihari hingga pukul 22.40, setiap hari.
Namun, Amin mengaku banyak umat Muslim di Whitehorse yang mengikuti waktu berpuasa yang berlaku di Vancouver, dalam rentang yang lebih pendek.
“Kalau untuk saya, saya kuat. Jadi tidak masalah. Cuma bagi mereka yang tak sekuat saya, mereka lalu mengikuti perhitungan puasa di Vancouver, dengan lama puasa yang lebih singkat."
Amin mengaku percaya, dalam Islam tidak ada yang terlalu kaku, selama prinsip-prinsip dasar dalam ibadah puasa dipatuhi.
“Dasarnya adalah ketakwaan, tidak berbohong, tidak melakukan hal buruk terhadap orang lain."
"Ada hal-hal yang lebih penting dibanding perhitungan waktu, seperti beramal dan tak menebar fitnah," ungkap Amin dalam bahasa Urdu.
Baca juga: 7 Cara Menyiasati Agar Tak Dehidrasi Saat Puasa
Berbuka dan sahur "disatukan"
Amin lalu mengatakan, karena waktu bersantap yang amat pendek, banyak orang semacam dia yang hanya makan satu kali demi puasa 20 jam.
Artinya, mereka memilih untuk menyatukan waktu santap berbuka, sekaligus santap sahur.
“Hari puasanya amat panjang, jadi kami akan menghadapi banyak masalah dengan waktu."
"Jadi yang kami lakukan adalah saat kami pulang dari kantor, kami tidur pukul 18.00 sampai pukul 22.30."
"Lalu kami bangun untuk berbuka, dan setelah shalat rampung sekitar satu jam, kami melakukan santap sahur," papar Amin.
Kesaksian tersebut diungkapkan Nakita Valerio, Vice President External Affairs, the Alberta Muslim Public Affairs Council, dan juga periset Tessellate Institute.
Tessellate Institute adalah organisasi independen nirlaba yang mengeksplorasi dan mendokumentasi pengalaman hidup warga Muslim di Kanada.
Bagi Valerio, tantangan hidup warga Muslim di wilayah utara bumi seperti Edmonton, yang tetap berpegang pada waktu puasa adalah kehilangan waktu tidur.