Jika orangtua khawatir, mereka dapat meminta dokter gigi melacak perkembangan rahang dan wajah anak mereka jika penggunaan empeng tidak berkurang setelah usia 4 tahun.
4. Mitos: Empeng seharusnya dikenalkan sejak bayi
Meskipun empeng membantu anak-anak, mengenalkan empeng sejak bayi baru lahir sangat tidak penting.
Naluri menyusui bayi yang kuat lebih baik digunakan untuk pemberian ASI dalam beberapa minggu pertama.
Jika sudah mengenal puting ibu, empeng bisa diberikan dengan tujuan menenangkan.
Tanpa empeng, beberapa bayi akan merasa nyaman mengisap jempol atau jari. Mereka bahkan melakukannya saat di dalam rahim.
Dan ketika seorang anak tumbuh dan mengembangkan kebutuhan untuk menggunakan kedua tangan untuk bermain, hal itu justru lebih mudah untuk lepas daripada empeng.
Baca juga: Ternyata, Ada Alasan Ilmiah Mengapa Karakter Elmo Disukai Balita
5. Mitos: Merendam dengan madu dan alkohol dapat meningkatkan efek menenangkan
Praktik mencelupkan empeng ke dalam madu, air gula, atau alkohol untuk meningkatkan efek menenangkan justru bisa jadi masalah.
Air gula, misalnya, dapat menyebabkan gigi berlubang dan pembusukan pada gigi bayi, serta menambahkan kalori yang tidak dibutuhkan ke asupan harian bayi.
Madu berbahaya karena membawa risiko botulism dan kematian, dan paparan alkohol dini dapat menyebabkan efek kesehatan jangka panjang. Lebih baik untuk memastikan empeng bagus dan bersih.
Tak sedikit anak yang kebiasaannya ngempeng berlanjut sampai ia masuk sekolah. Menghentikan kebiasaan ini memang tidak mudah, apalagi jika anak gampang bosan dan rewel mereka akan terus mencari empeng.
Walau demikian, saat sudah mulai bersekolah banyak anak yang sukarela melepaskan empengnya karena malu dengan temannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.