Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alkohol Sebabkan Kematian Lebih Besar dari yang Dibayangkan...

Kompas.com - 02/10/2018, 09:14 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber USA Today

KOMPAS.com - Sebuah penelitian mengungkap, alkohol menjadi penyebab kematian bagi lebih banyak orang daripada yang dibayangkan selama ini.

Hasil penelitian yang dipublikasikan pada akhir bulan lalu dalam sebuah jurnal kesehatan The Lancet.

Di dalamnya disebutkan, alkohol -seperti bir dan wine, menjadi faktor terdepan yang menyebabkan kematian atau pun penyakit.

Disebutkan, ada tak kurang dari 2,8 juta orang meninggal setiap tahunnya, terkait alkohol.

Selain itu, alkohol pun merupakan penyebab urutan ke tujuh untuk kematian prematur dan kecacatan secara global di tahun 2016.

Baca juga: Alkohol 2 Gelas Sehari Menyehatkan Ternyata Cuma Mitos

Seperti dikutip dari laman USA Today, disebutkan, peneliti menggunakan 694 penelitian untuk memperkirakan pola konsumsi alkohol masyarakat dunia.

Selain itu, juga digunakan 592 studi dan 28 juta orang demi mempelajari risiko kesehatan akibat alkohol antara tahun 1900 dan 2016 di 195 negara. 

Dari penelitian itu terungkap, alkohol terhubung dengan 1:10 kematian pada orang berumur 15-49 tahun.

Korelasi itu terkait penyakit tuberculosis, kecelakaan jalan raya, dan aksi melukai diri sendiri.

Sementara, bagi orang di atas 50 tahun, kanker disebut sebagai penyebab utama kematian terkait alkohol, di mana 27 persen kematian dialami perempuan, dan 18 persen laki-laki.

Penemuan ini mengungkap bahwa ternyata "beban" konsumsi alkohol lebih buruk daripada yang dibayangkan sebelumnya.

Para peneliti ini lantas menyerukan adanya lebih banyak peraturan seputar penggunaan alkohol, sambil menegaskan bahwa tidak ada jumlah alkohol yang sehat.

Baca juga: Efek Kurang Tidur Pada Otak, Sama Seperti Minum Alkohol

“Penelitian sebelumnya mengungkap adanya efek protektif atas penggunaan alkohol, untuk beberapa kondisi."

"Namun kini kami menemukan risiko kesehatan yang terkait dengan alkohol, justru bertambah pada semua level konsumsi."

Demikian diungkapkan salah satu peneliti, Max Griswold dari the Institute for Health Metrics and Evaluation, Universitas Washington, Amerika Serikat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com